Ini dia, keganasan pasukan Amerika telah sirna. Debu peperangan telah menyingkap kekalahan kekuatan militer tercanggih di dunia di hadapan kekuatan militer terlemah di muka bumi pada abad ke 21 M, di hadapan orang-orang yang tidak memiliki apa-apa selain senapan serbu dan tubuh yang diledakkan di konvoi tank-tank Amerika di setiap tempat. Sesungguhnya ini bukanlah kekalahan Amerika di hadapan bangsa Afghan, melainkan kekalahan negara kafir internasional menghadapi kekuatan Islam yang mentarinya mulai terbit bersinar setelah melewati malam yang gelap gulita.
Sesungguhnya angan-angan Amerika untuk menguasai Afghanistan dan menjadikannya jembatan untuk menguasai minyak di kawasan Asia Tengah hanya tinggal cerita. Karena negara-negara tersebut diimpikan oleh Amerika sebelum peperangan berlangsung, sebelum serangkaian amaliyah istisyhadiyah meledak di mana-mana di wilayah tersebut.
Di mana gerangan ancaman Bush yang mengultimatum dunia menjadi 2 kutub ; bersama dia atau bersama musuhnya ?
Di mana sekarang kesombongan Amerika ? Mengapa kekuatan militernya yang membahana di seantero jagad tidak mampu mengalahkan pemuda-pemuda yang compang-camping, bahkan mempermalukan mereka di hadapan dunia internasional.
Sungguh kekalahan Amerika di Afghanistan hari ini, telah menjadi kenyataan yang tidak diragukan oleh siapapun. Sungguh sebuah kekalahan di semua aspek dengan segala parameternya. Dimana dampak dari kekalahan tersebut tidak terbatas di Afghanistan semata, bahkan akan mengenai warga Amerika di negaranya, di semua sendi kehidupan masyarakat Amerika. Disebabkan mereka mendzolimi hamba-hamba Allah dan memerangi syari’at-Nya. Dan petaka akibat kejahatan tersebut akan menimpa mereka di mana-mana.
Aspek-aspek kekalahan mereka:
Agar kita bisa melihat dengan jelas hakekat kekalahan Amerika, maka kita mencoba mengurai semua aspek kekalahan yang mereka derita berulang-ulang, yaitu sebagai berikut ;
- Kekalahan di bidang militer.
Dalam menginvasi Afghanistan, Amerika tidak sendirian, tetapi juga mengajak banyak kekuatan militer negara-negara salibis dan juga meminta bantuan negara-negara NATO yang termasuk koalisi militer terbesar sejagat saat ini.
Jumlah kekuatan asing di Afghanistan saat ini mencapai ratusan ribu tentara bahkan lebih. Belum lagi ditambah 200 ribu tentara boneka Afghanistan dan kekuatan militer lain yang dibentuk oleh para agresor setelah invasi, disamping puluhan ribu milisi dan mata-mata dari orang-orang Afghanistan. Selain itu juga ada pasukan bayaran dari kelompok-kelompok yang tergabung dalam aliansi utara yang sejak awal memusuhi Taliban
Boleh dibilang jumlah kekuatan asing ditambah antek-antek lokalnya di kalangan munafiqin Afghan mencapai 400 ribu tentara, masih ditambah dengan peralatan tempur tercanggih sebagai perlindungan dari Angkatan udara juga senjata-senjata tempur paling modern yang dimiliki oleh militer barat saat ini turut pula dikerahkan.
Akan tetapi para mujahidin menghadapi semua kekuatan ini dengan senjata iman. Bersandar penuh kepada Allah Ta’ala tanpa dukungan dari pihak atau negara manapun di dunia ini. Seakan-akan Allah menghendaki untuk mengulangi hikayat kekalahan Uni Soviet yang didukung barat di tangan mujahidin.
Sesungguhnya Allah Ta’ala menegaskan bahwa Dia akan menolong wali-wali-Nya meskipun seluruh penduduk bumi membiarkannya. Karena pertolongan sesungguhnya hanya dari sisi Allah.
Peperangan antara Iman melawan materialisme di Afghanistan saat ini sudah memasuki tahun ke-8 dengan izin Allah. Seluruh kekuatan militer barat tidak mampu merealisasikan target-target mereka. Bahkan semua panglima militer mereka di medan mengakui ketidak mampuan mereka untuk menghadapi perlawanan jihad dengan selalu minta dikirimkannya pasukan tambahan.
Jumlah mujahidin dengan karunia Allah meningkat dari ratusan menjadi puluhan ribu. Bahkan perlawanan jihad semakin mengukuhkan eksistensinya di seluruh wilayah Afghanistan. Kemudian serangan-serangan mematikan yang dilancarkan mujahidin ke markas-markas musuh di sentra-sentra terpenting mereka,bahkan ada yang hanya beberapa ratus meter dari istana kepresidenan juga sentral-sentral penting lainnya. Hal ini menegaskan kepada musuh bahwa mujahidin mampu dengan izin Allah untuk memburu musuh sampai di markas militer dan tempat diplomasi terpenting sekalipun, meskipun mereka sudah menerapkan sistem penjagaan yang super ketat.
Ini semua menyebabkan rontoknya mental tentara musuh di samping tekanan jiwa dan depresi yang mereka alami.Kemudian meningkatnya jumlah pasukan yang tewas di barisan musuh mempunyai dampak negatif pada fighting spirit di kalangan tentara Eropa. Pertempuran-pertempuran dahsyat yang terjadi pada tahun ini meyakinkan kepada komandan-komandan mereka bahwa kekalahan telah pasti di depan mata.
Oleh karena itu mereka mulai takut pada masyarakat Eropa akan hasil-hasil buruk dari kekalahan yang diderita pasukan NATO di Afghanistan. Agar bisa merubah kekalahan telak tersebut menjadi penarikan mundur pasukan dengan aman, mulailah mereka menawarkan upaya diplomasi damai untuk mengakhiri perang.
Akan tetapi disayangkan mereka tidak mendapatkan orang yang menjadi mediator. Karena mujahidin Imarah Islamiyah bukanlah orang yang senang dengan solusi yang dihasilkan dari meja perundingan, melainkan mereka terus menuntut keluarnya pasukan asing seluruhnya dari wilayah Afghanistan tanpa syarat dan kompensasi apapun.
- Kekalahan di Bidang Politik
Amerika menderita kekalahan di bidang politik sebagaimana yang dialami di bidang militer khususnya di medan perang. Mungkin bisa kita ringkas poin-poin penting kekalahan Amerika di bidang politik sebagai berikut ;
a. Amerika tidak mampu menjaga keutuhan koalisi salibis yang dibentuknya untuk memerangi Islam, pasca ancaman Bush untuk membagi dunia menjadi dua kutub, bersama dia apa bersama musuhnya ?
Negara-negara Eropa sekutu terpenting mereka banyak yang merubah kebijakan politiknya setelah mengetahui bahwa Amerika telah menempatkan mereka pada posisi yang sulit, masuk dalam peperangan yang hanya menguntungkan kepentingan Amerika saja di wilayah tersebut. Sementara mereka harus mengorbankan banyak tentara dan membiayai ratusan juta dolar dari harta rakyat mereka untuk perang yang mereka sendiri tidak punya kepentingan yang urgen di situ. Oleh karena itu sebagian besar negara-negara Eropa menolak menambah jumlah pasukan ke Afghanistan atau membatasi peran tentara mereka di bagian non perang. Bahkan sebagian anggota NATO mengumumkan tidak akan membiayai lagi tentara mereka setelah tahun 2011.
b. Krisis ekonomi yang melanda rakyat Amerika merupakan dampak logis dari pembiayaan perang yang begitu besar di Afghanistan. Orang-orang Amerika sebagai bagian masyarakat penganut kapitalis materialis dalam segala hal selalu melihat keuntungan dan hasil materi. Jika mengetahui keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari biaya operasi maka segera menuntut pemerintahannya untuk merubah kebijakan politiknya. Hal ini tampak akhir-akhir ini pada sikap kongres Amerika yang mayoritas anggotanya tidak menghendaki untuk mengikuti politik perang Bush, dan meminta kepada Obama untuk mengambil langkah politik baru yang menjamin orang-orang Amerika bisa keluar dari masalah rumit yang mereka hadapi. Dimana hal tersebut membuat bingung Obama, tidak tahu apakah akan memenuhi permintaan para panglima militernya untuk mengirim pasukan tambahan atau tunduk kepada keinginan rakyat Amerika yang mayoritas menolak melanjutkan perang di Afghanistan.
Karena situasi di Afghanistan telah menyulitkan para pejabat Amerika untuk menentukan kebijakan, disebabkan ketidakmampuan mereka untuk memprediksi masa depan perang dengan prediksi yang jelas. Terpaksa mereka harus rela berada dalam salah satu dari 2 pilihan ; meneruskan perang, yang akan menghancurkan ekonomi sehingga menderita kehancuran seperti yang dialami Soviet atau mengakui kekalahan dan menarik pasukan mereka dari Afghanistan. Mereka berada di antara dua dilema yang paling ringan saja itu pahit ( dua-duanya sama-sama pahit ).
c. Amerika datang ke Afghanistan dengan dalih ingin mendirikan satu pemerintahan yang demokratis, yang menjamin kebebasan dan hak-hak setiap orang. Untuk itu Amerika mengumpulkan sekelompok orang-orang Afghan yang telah di sibghoh dengan celupan warna Amerika untuk membentuk pemerintahan yang ideal bagi rakyat Afghanistan yang tengah dilanda perang dan tengah bergejolak-menurut mereka-. Akan tetapi 8 tahun yang telah berjalan menegaskan bahwa sebenarnya kendali urusan itu tetap di tangan Amerika sendiri. Mereka sama sekali tidak menegakkan kedaulatan sedikitpun bagi boneka mereka dari kalangan Afghan ( Karzai cs ) yang otoritasnya tidak lebih hanya sebagai penerjemah bagi para penjajah asing.
Adapun pemerintahan yang ada saat ini tidak lain hanyalah simbol-simbol bagi LSM-LSM Amerika dan eropa yang datang untuk mengumpulkan dolar setelah menyerahkan daftar hutang atas nama rakyat Afghan yang setuju yang jumlahnya tidak sampai 2 persen dari yang menolak pemerintahan boneka tersebut.
Jadi apa yang dikenal dengan pemerintah Afghanistan saat ini tidak lain hanyalah kumpulan departemen yang menjadi boneka bagi negara-negara yang turut serta menginvasi Afghanistan, bekerja untuk kepentingan negara-negara yang menunjuk mereka menempati jabatan-jabatan tersebut.
Negara yang sebenarnya tidak berdiri/tidak ada, bumi Afghanistan tidak pernah menerima satu pohon demokrasipun tumbuh. Target-target gereja salibis tidak terealisasi dan Amerika juga tidak mampu menekan negara-negara tetangga Afghanistan untuk membantunya. Bahkan negara-negara tersebut yakin bahwa Amerika tidak sekedar fokus menyembuhkan luka-lukanya di Afghanistan tapi juga memikirkan dampak setelah perang usai. Hal ini menyebabkan negara-negara tersebut menyikapi Amerika sebagai orang yang lemah lagi butuh bantuan yang sebelumnya disikapi sebagai orang yang kuat lagi bisa menyelesaikan masalah.
d. Pemerintahan Obama terpaksa mengumumkan keengganannya untuk berlama-lama di Afghanistan, apalagi keberadaan permanen di sana. Padahal ini semua setelah pemerintahan Bush sebelumnya telah menandatangani perjanjian untuk tetap berada di sana secara permanen dengan pemerintah boneka Afghanistan yang mereka bentuk, melalui persetujuan dari parlemen boneka Afghanistan.
Perubahan ini bukan berarti belas kasihan atau rahmat bagi rakyat Afghan dalam politik Amerika, akan tetapi pemerintah Amerika meyakini dengan haqul yakin bahwa Afghanistan tidak bisa disamakan dengan Jepang, Jerman atau negara-negara lain yang setuju begitu saja dibangunnya pangkalan-pangkalan militer Amerika di atas tanah mereka. Obama telah mengetahui hal ini ketika berkata ; “Sejarah telah menegaskan bahwa bumi Afghanistan tidak pernah menerima para penjajah.”
- Kekalahan di Bidang Ideologi (Prinsip)
Amerika menderita kekalahan lain yang lebih besar dari sekedar kekalahan di bidang militer maupun politik, yaitu kekalahan prinsip, ideologi dan aqidah yang selama ini membius dan menina bobokan negeri-negeri kaum muslimin dalam jangka waktu yang cukup lama. Amerika berusaha untuk menegaskan kepada dunia melalui ideologi mereka bahwa mereka unggul atas bangsa-bangsa lain, dengan memakai topeng demokrasi, kebebasan, HAM, keadilan sosial dan seterusnya dari slogan-slogan yang menyilaukan dan istilah-istilah yang menipu.
Akan tetapi Barat, dengan invasi salibis modern yang mereka lancarkan dan pelanggaran-pelanggaran keji selama masa invasi yang mereka lakukan telah menegaskan kepada dunia bahwa falsafah Barat modern tidak lain hanyalah slogan-slogan kosong yang tidak satupun terealisasi di alam nyata. Orang Barat tidak lain hanyalah seekor srigala dalam wujud domba yang berada di negeri-negeri kaum muslimin. Semua prinsip tersebut terbukti gagal selama invasi berlangsung, di mana hari ini mereka sudah tidak lagi memiliki prinsip maupun ideologi yang menyebabkan mereka diakui sebagai “guru bagi manusia lain”.
Sungguh hari ini masyarakat yang selama ini mereka bohongi untuk menerapkan prinsip-prinsip mereka termasuk prinsip demokrasi telah melihat bahwa pemimpin-pemimpin Barat tidak lain adalah manusia-manusia rendah yang sangat bengis, dzolim, pendusta lagi pembohong. Mereka tidak menunjukkan sikap baik kecuali karena ingin merampok SDA (sumber daya alam) dan menjajah negeri kita.
Murid-murid mereka dari kalangan penguasa-penguasa sekuler yang sekulit dengan kita telah menegaskan bahwa mereka lebih loyal kepada pemimpin-pemimpin mereka dari kalangan Barat daripada loyal kepada rakyat yang mereka tindas dengan berbagai bentuk sikap represif mereka. Penguasa-penguasa sekuler tersebut tidak pernah belajar kepada guru-guru mereka selain sifat khianat, bohong, nifaq dan mempermainkan perasaan manusia. Ini semua membangkitkan perasaan yang kuat dalam hati masyarakat Islam untuk melepaskan diri dari para pengkhianat itu melalui langkah militer setelah mencoba semua metode lain selama puluhan tahun.
- Kekalahan di Bidang Media
Semua perangkat media internasional, baik televisi, radio, maupun surat kabar tetap saja dimonopoli oleh Amerika dan sekutu-sekutu mereka. Setiap hari, Barat selalu berusaha memanfaatkan media untuk membentuk opini publik agar mendukung kepentingan-kepentingan mereka di seluruh dunia. Dan dalam perang mereka menggunakan media sebagai sarana yang ampuh untuk menampakkan kekalahan mereka sebagai kemenangan. Sebaliknya, melalui media juga mereka menampakkan kemenangan musuh/lawan sebagai sebuah kekalahan.
Akan tetapi para mujahidin dengan karunia Allah kemudian berupaya terus di bidang media agar mampu menghancurkan monopoli Barat di bidang media. Dimana para mujahidin dengan sarana terbatas dan sederhana dengan mempertaruhkan jiwa mereka di medan peperangan mampu mengambil gambaran pertempuran dalam bentuknya yang asli.
Para mujahidin ini menghimpun gambar hidup (film) tentang kerugian musuh baik secara maknawiyah maupun madiah (material). Kemudian disuguhkan kepada jutaan pasang mata manusia di seluruh dunia melalui sarana internet. Dengan metode berani ini para pemuda mujahid mampu mengalahkan radio, saluran-saluran televisi dan satelit pemancar, koran, majalah dan berbagai sarana pemberitaan lain yang sebelumnya digunakan musuh dalam perang melawan kaum muslimin tanpa ada satupun pesaing dan pengontrol.
Dunia hari ini telah menyaksikan dampak yang berbahaya dari media jihad terhadap masyarakat Barat yang saat ini mulai mengetahui hakikat yang terjadi pada tentara mereka di medan perang melawan mujahidin. Hal tersebut menggerakkan mereka untuk menekan pemerintahan dan melarang pemerintahan mereka untuk mengirim pasukan tambahan, yang selama ini realita tersebut sengaja ditutup-tutupi oleh pemerintah.
Di sisi lain, media-media jihad mampu memberikan dukungan dan kontribusi kepada gerakan-gerakan jihad dengan jalan menjembatani para simpatisan dan loyalis jihad di seluruh penjuru dunia. Dengan memobilisasi dan menyemangati puluhan ribu pemuda untuk bergabung dengan kafilah jihad dan istisyhad. Media ini mengobarkan dalam hati pemuda bara api iman yang selama ini dipadamkan oleh materialisme Barat dalam rentang waktu yang cukup lama.
Sesungguhnya orang yang melihat dengan adil jalannya peperangan antara Islam dan salibis dapat melihat dengan jelas kekalahan yang pasti bagi Amerika di Afghanistan, meskipun Amerika enggan mengakuinya secara resmi. Tetap dalam kesombongan mereka dari waktu ke waktu. Permisalan mereka tidak lain seperti seorang penjudi yang selalu kalah dan tidak punya modal lagi, akan tetapi dia tetap saja berhutang kepada orang lain dan melanjutkan judinya dengan harapan akan datang gilirannya menang agar dapat mengembalikan modal yang telah dihabiskannya. Akan tetapi pada akhirnya dia akan pulang dengan tangan hampa, menggigit jari dengan penyesalan, di mana waktu itu sudah tidak berguna lagi penyesalan !!!
Alhamdulillahi Rabbil Alamien…
(Yusuf Al Indunisi/arrahmah.com)