(Arrahmah.com) – Densus 88 dengan dalih “memberantas terorisme” bebas menangkap siapa saja yang mereka anggap dan duga sebagai “teroris” meski hanya kecurigaan semata dan tidak terbukti. Kali ini Densus 88 beraksi di Palembang, salah seorang guru TPA ditangkap – lebih tepatnya diculik karena tidak ada surat pemberitahuan apapun kepada pihak keluarganya – selesai ia melaksanakan shalat Mahgrib pada Sabtu (5/5/2012), seperti biasa dengan dalih “tersangka pelaku teror”. Berikut adalah kabar yang ditulis oleh saksi mata terkait insiden penculikan guru TPA yang bernama Agoes Saefuddin, yang dikirim ke redaksi arrahmah.com,
***
Beginilah jika undang-undang masih dibuat oleh tangan-tangan manusia. Keadilan tak akan pernah terwujud. Dengan ayat-ayat setan tentang terorisme, lagi-lagi mereka menghalalkan umat Islam untuk dijadikan korban kezaliman. Tanpa bukti sudah banyak yang menjadi bulan-bulanan aparat negara yang telah digaji dari uang rakyat. Karena Hawa nafsu yang ingin mendapatkan kucuran dolar dari penjajah alias antek Yahudi. Kini Densus 88 beraksi kembali menangkap dengan cara menculik seorang pemuda yang sehari-harinya mengajarakan al-Qur’an dan bekerja di kebun karet di daerah Banyuasin palembang dengan tuduhan teroris.
Adalah Agoes Saefuddin (29 th), pemuda masjid di sebuah kampung Banyuurip, Banyuasin, Palembang selesai melaksanakan ibadah shalat maghrib pada Sabtu (5/5/2012) diculik densus 88, seperti biasanya dengan berdalih penangkapan terhadap pelaku teror tanpa surat penangkapan dan bukti.
Peristiwa bermula Sabtu sore dari seorang yang mengaku sebagai pegawai salah satu provider seluler bertanya kepada istri guru TPA yang kesehariannya menjaga counter pulsa dirumahnya. Orang dengan ciri berbadan tegap itu bertanya tentang harga tanah yang rencananya untuk memasang tower telepon seluler. Tidak ada kecurigaan apapun bagi keluarga pemuda tamatan strata satu (S1) di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa itu.
Ketika datang waktu maghrib dan hendak ke masjid, pada saat itu bang Agoes yang kesehariannya juga bekerja di kebun karet berada di rumah dan menawarkan kepada pegawai provider itu untuk menaiki sepeda motornya. Kebetulan masjidnya agak jauh. Orang itu pun berangkat dengan motor bang Agoes. Adapun bapak dari seorang putri kecil berumur 3 tahun itu berangkat dengan adiknya yang masih kecil.
Singkatnya, setelah selesai maghrib adiknya pulang dengan orang yang mengaku pegawai provider itu. Dan adiknya pun menangis bercerita bahwa kakaknya diculik polisi setelah shalat di masjid Jaron dengan cara diborgol tali, kepalanya ditutup dan dimasukkan ke dalam mobil yang ternyata diketahui warga sudah sering mondar mandir di daerah itu semenjak setengah bulan yang lalu.
Karena modusnya penculikan maka penangkapan itu pun tidak pernah disampaikan kepada pihak keluarga. Hingga saat ini pihak keluarga belum mendapat surat penagkapan dari pihak kepolisian maupun densus 88.
Dan pihak keluarga memohon doa kepada umat Islam agar dimudahkan segalanya. Semoga Allah yang Maha Adil Membalas makar Musuh Allah terhadap Islam dan Kaum Muslimin.
Innalillahi waa inna ilaihi rojiun..
(Rikhi Aminu/siraaj/arrahmah.com)