IDLIB (Arrahmah.id) – Rezim Bashar Asad di Suriah terus menyita tanah masyarakat yang terlantar akibat perang selama lebih dari satu dekade di provinsi barat laut Idlib, kata penduduk setempat pada Selasa (3/10/2022).
Kementerian Pertanian rezim merebut lahan pertanian dengan mengklaim akan mengolah tanah dan memanen hasilnya, kata sumber tersebut.
“Tanah yang ditawarkan untuk investasi adalah tanah ‘yang tersembunyi’,” harian lokal Al-Watan mengutip Gubernur Idlib Thaer Salhab.
Dia mengatakan tanah yang disita dapat dikembalikan ke pemiliknya ketika status mereka diselesaikan oleh rezim.
Demikian pula, dilaporkan tahun lalu bahwa warga Suriah yang dipaksa meninggalkan rumah mereka sekarang terkejut menemukan bahwa lahan mereka telah diambil alih oleh loyalis dan kroni rezim Asad.
Kelompok hak asasi dan pakar hukum mengatakan otoritas lokal di bagian barat laut Suriah yang direbut kembali oleh pasukan rezim telah menggelar lelang untuk merampas tanah-tanah masyarakat.
Idlib jatuh dari kendali rezim pada 2015. Namun, pasukan rezim berhasil merebut kembali belasan desa dan kota di provinsi itu sejak 2017 dengan dukungan Rusia dan Iran, meskipun ada perjanjian Astana yang mendefinisikan Idlib sebagai bagian dari zona de-eskalasi.
Bergulat dengan krisis ekonomi mendalam yang diperparah oleh sanksi Barat, Damaskus ingin memanfaatkan lahan subur untuk meningkatkan produksi pertanian.
Selama bertahun-tahun, rezim Asad telah mengabaikan kebutuhan dan keselamatan rakyat Suriah, hanya mengincar keuntungan lebih lanjut dari wilayah dan menghancurkan oposisi. Dengan tujuan ini, rezim selama bertahun-tahun telah membom fasilitas vital seperti sekolah, rumah sakit dan daerah pemukiman, menyebabkan perpindahan hampir setengah dari penduduk negara itu sambil mengadopsi kebijakan untuk membuat hidup mereka lebih sulit.
Kelompok hak asasi, termasuk Amnesti Internasional, mengutuk pengambilalihan tanah di bekas kubu oposisi. (zarahamala/arrahmah.id)