Kehidupan berlangsung selama lima tahun dan saya telah berada di tahun terakhir di sebuah SMA elit. Ya, saya berasal dari SMA elit. Meskipun kehidupan saya sukses selama lima tahun, tapi secara rohani saya merasa sangat kerontang.
Bukan hanya karena saya telah melepas hijab saya, tapi saya juga telah mengabaikan banyak sekali tanggung jawab keagamaan lainnya. Saya sholat dan membaca al-qur’an seadanya saja. Saya berbaur dengan teman-teman yang benar-benar bodoh tentang Islam, mereka membawa saya menjauh dari jalan yang benar.
Selama tahun-tahun tersebut, saya secara perlahan-lahan hidup dalam kemewahan dan hura-hura. Saya berpaling ke musik barat untuk untuk mencari ketenangan. Namun, kepuasan batin dan kedamaian yang saya cari, tidak pernah saya temukan.Hanya kesenangan sementara yang saya rasakan, tapi hanya sebentar, setelah itu, kesenangan itu sirna dari hati saya.
Menjelang akhir pendidikan SMA saya, hidup menjadi sangat menyedihkan. Kebingungan, kesedihan dan ketidakpastian bercampur aduk, dan sepertinya enggan untuk meninggalkan pikiran saya. Dengan semua masa depan yang sukses menunggu, teman-teman yang baik dan selalu mendukung saya, dan nilai A di tangan saya, saya menemukan kehidupan yang betul-betul kerontang. Batin saya merindukan sesuatu, sesuatu yang bisa memberi saya kedamaian dan ketenangan. Sesuatu yang bisa memberikan saya suatu kebahagiaan abadi.
Suatu malam, saya duduk sendirian, dengan perasaan sengsara dan sedih. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, saya memutuskan mengambil wudhu dan kemudian sholat Isha’. Saat saya bersujud, hal yang paling ajaib terjadi. Saya menangis terisak, tak terkendali. Saya tidak memahami mengapa saya menangis, saya terus menangis sehingga hati saya tiba-tiba tenggelam dengan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Kebahagiaan yang tidak pernah saya alami sebelumnya. Saya tidak mau berhenti karena saya merasa bahwa air mata dan sujud ini yang membuat saya begitu dekat dengan Allah. Ini adalah saat yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup.
Setelah selesai berdoa, saya duduk sebentar. Pikiranku begitu damai dan tekanan berat yang selalu menghantui saya selama ini, benar-benar pergi. Saya kemudian tertidur. Hati saya benar-benar damai.
Kejadian luar biasa tersebut memiliki dampak besar pada kehidupan saya. Perlahan-lahan, saya mulai menjauhkan diri dari teman-teman saya dan mencoba untuk berpartisipasi dalam lingkungan kurang ‘elit’ dan memperbanyak kegiatan positif. Saya menghabiskan banyak waktu sendirian, berpikir dan merenungkan secara mendalam tentang makna kehidupan dan apa cara hidup yang ideal yang akan memberikan saya kebahagiaan dan kepuasan. Kehidupan yang lebih dari sekedar apa yang orang lain impikan: fun, bergosip, pamer kekayaan dan ketenaran, dll.
Allah pasti ingin saya dan semua orang untuk menjadi individu yang mulia. Sedikit demi sedikit saya mulai merasakan kebencian terhadap arogansi dan kebanggaan semu yang menyelimuti hati saya. Saya tahu, ini sudah waktunya bagi saya untuk berubah.
Saya lulus dari SMA dan memasuki pusat matrikulasi, untuk pengembangan akademik pra-universitas. Pada saat itu, saya terus menghabiskan banyak waktu sendirian, berpikir dan membaca buku-buku tentang Islam. Beberapa teman saya heran melihat perubahan dalam diri saya, tapi saya diam saja. Seorang teman dekat melihat saya dengan aneh saat saya membeli buku-buku tentang Islam sepanjang waktu. Saya masih belum memakai hijab, tapi saya mulai memperbaiki kualitas sholat saya, dan juga meningkatkan tadarrus al-Qur’an.
Saya memperhatikan pelajar-pelajar lain yang saleh di sekitar saya dan menghabiskan banyak waktu di masjid. Dari semu itu,, saya bisa mengatakan bahwa yang telah membawa saya ke pemahaman yang lebih baik secara keseluruhan dan kesukaan terhadap keindahan Islam adalah buku yang saya baca dan perenungan yang mendalam yang saya lakukan setiap hari. Dan tak lupa, doa yang memberiku kekuatan batin untuk tidak dipengaruhi oleh dunia luar yang membawa dampak buruk dalam kehidupan saya. Saya merasakan kebahagiaan itu merasuk semakin dalam ke jiwa saya, meskipun saya tampaknya kesepian.
Tiga bulan kemudian, saya ditawari beasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri. Pergi ke Inggris atau Amerika Serikat merupakan impian saya sejak lama. Impian sepanjang hidup saya. Tapi saya menghimpun semua keberanian untuk menolak tawaran yang selama ini saya impi-impikan, dan saya kemudian memutuskan untuk pergi ke sebuah negara Arab sebagai gantinya, yaitu Mesir.
Teman-teman dan guru saya menertawakan keputusan tersebut. Tapi saya bertekad. Saya ingin belajar bahasa Arab dan juga Islam. Saya juga ingin sebuah lingkungan baru di mana saya bisa memulai hidup baru dan bermakna. Pada waktu itu, tujuan saya untuk pergi ke Mesir hanya satu, yaitu untuk menemukan Tuhan. Saya benar-benar ingin menemukan Tuhan.
Setelah empat bulan, saya pun terbang ke Mesir.
Dengan rahmat Allah, saya diperkenalkan dengan teman-teman baru. Teman yang sangat baik, dan mendalami Islam. Mereka mengajak saya untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan keislaman. Saya mulai belajar tentang Islam secara lebih rinci dan mulai menghargai itu dalam arti sebenarnya. SubhanAllah!
Saya akhirnya melihat Islam dari perspektif yang sama sekali berbeda dan semuanya dapat diteriman secara akal. Allah telah menjawab doa saya. Saya memakai hijab kembali, karena saya merasa lebih dekat dan lebih dekat dengan kebenaran Allah. Dengan memiliki keyakinan yang kuat dan rahmat dari Allah, mengenakan hijab menjadi begitu mudah bagi saya karena saya melihat segala sesuatu yang lain-terutama komentar negatif dan reaksi orang- sangat tidak berarti, tidak penting dan mencerminkan kedangkalan berfikir.
Memahami Islam yang benar dan dan memakai jilbab lagi membuat saya merasa lebih bermartabat sebagai perempuan. Saya tidak menemukan ada alasan lagi untuk menjadi rendah diri karena jilbab saya atau karena terdorong untuk menyenangkan orang lain. Keagungan dan kebenaran Islam telah bersinar ke dalam hati saya.
Karena hidayah dari Allah akhirnya saya menemukan kebanggaan sejati, kehormatan dan harga diri. Hati menjadi tenang, saya mengalami kebebasan total karena saya tahu bahwa tujuan saya di dunia dimaksudkan untuk taat kepada Allah dan hanya Allah semata. Betapa indahnya perasaan itu! Saya tidak akan pernah diperbudak oleh siapa saja, secara psikologis atau fisik, tidak harus hidup dan berpura-pura untuk menyenangkan orang lain dan tidak harus melawan hati nurani saya agar saya dapat diterima dalam suatu kelompok tertentu, karena saya telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga: kebebasan dan kemerdekaan mutlak hanya dapat ditemukan dalam ketaatan dan kepatuhan kepada Allah.
Kehidupan setelah itu penuh dengan kepuasan batin dan kesenangan. Tentu saja, setiap manusia mengalami cobaan dan kesulitan, tapi dengan kehadiran Allah dalam hati, semua cobaan tersebut menjadi mudah. Saya melakukan perjalanan ke banyak tempat, mendukung kegiatan keislaman dan kemanusiaan seperti ke Indonesia, Kamboja, Lebanon, Suriah, dan bagian yang berbeda dari Mesir dan Malaysia. Saya transit di bandara yang berbeda-beda dan mengunjungi beberapa tempat-tempat dimana kadang mereka tidak mengenal Islam.
Jangan sekali saya alami, selama perjalanan saya, saya merasa rendah diri, seperti dulu yang pernah saya alami. Sebaliknya, sekarang saya merasa lebih percaya diri mengenakan busana Muslimah. Semakin banyak orang yang menatap, saya semakin merasa percaya diri. Apapun arti dari tatapan itu, diam-diam saya terus mengatakan pada diriku sendiri “Ya, inilah saya. Saya seorang Muslimah. Dan saya memakai hijab sebagai tanda ketaatan saya kepada Allah.”
Saya berharap bahw aorang-orang yang menatap saya yang sedang memakai busana Muslimah, orang-orang ini akan menjadi penasaran dan tertarik untuk belajar tentang kebenaran Islam.
Saran saya untuk saudariku sesama Muslimah di luar sana yang masih ragu memakai hijab: Baca lebih lanjut tentang Islam dan hijab, banyaklah bertanya kepada mereka yang memahami Islam, dan yang paling penting adalah: cobalah untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Perhatikan sholat lima waktu Anda, mohonlah kepada Allah agar selalu diberikan petunjuk yang lurus. Allah tidak akan pernah mengabaikan atau meninggalkan Anda jika Anda benar-benar tulus.
Setelah Anda telah menemukan kebenaran, jangan pernah mengingkarinya!
Cinta dan Kasih Allah pasti akan membawa Anda untuk memahami akan kebenaran hijab.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an , “Hai orang-orang yang beriman, masuklah (taatlah) kamu ke dalam Islam keseluruhan (Kaffah), dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. ” ( 2 : 208 ) .
Sebagai Muslimah, kita tidak seharusnya berpikir bahwa seseorang dapat menjadi Muslimah yang baik walau tanpa hijab, karena Islam tidak dimaksudkan untuk diikuti sebagian saja, melainkan harus diikuti secara keseluruhan.
Perintah mengenakan hijab bagi Muslimah semata-mata dimaksudkan untuk kebaikan kita sendiri. Islam menekankan kerendahan hati, nilai-nilai akhlak, dan perilaku yang terpuji. Hal ini karena kemurahan, cinta dan kasih sayang Allah terhadap kita, Allah memerintahkan kita untuk memakai hijab.
Tutup mata Anda dan jawablah pertanyaan ini dengan jujur: siapakah yang lebih mengetahui apa yang terbaik bagi Anda dan apa yang tidak ? Apakah masuk akal untuk percaya bahwa kita lebih mengetahui apa yang terbaik daripada Pencipta kita? Renungkanlah wahai saudariku!
Karena cinta saya menuliskan kisah nyata ini untuh Anda.
*ditulis oleh Raudah Mohd Yunus,Freelance Writer- Kuala Lumpur, Malaysia