Arrahmah.Com–Perasaan kalangan Muslim Amerika mungkin agak lega setelah terpilihnya Keith Ellison, anggota Partai Demokrat, yang menjadi Muslim pertama duduk sebagai anggota DPR (House of Representative) Amerika Serikat (AS).
Pria iasal negara bagian Minnesota itu tercatat menjadi warga muslim pertama yang mencalonkan diri menjadi anggota Kongres Amerika Serikat. Ellison berasal dari kubu Partai Demokrat.
Terpilihnya Ellison ini adalah untuk kali pertama, seorang warga Muslim Amerika Serikat maju menjadi anggota legislatif di Kongres AS. Ellison adalah peemeluk Islam sejak usia 19 tahun tercatat sebagai anggota legislatif di Minnesota dalam empat tahun terakhir.
Masuknya Ellison bukan tanpa hambatan. Selama kampanye, pria kulit hitam itu kerap diserang secara personal yang tak ada sangkut pautnya dengan politik. Misalnya, dia dikait-kaitkan dengan kehidupannya yang dianggap dekat dengan kalangan Muslim radikal. Stigma yang sering dipakai guna memojokkan kaum Muslim.
Ia “dihabisi” lawan-lawan politiknya karena dianggap terlalu dekat dengan Nation of Islam pimpinan Louis Farrakhan. Namun menariknya, ia justru didukung kalangan Yahudi.
Selama kampanye, Ellison berhasil menampik serangan Alen Fine yang mengaitkan pergaulannya dengan Louis Farrakhan, pemimpin kelompok muslim AS yang dinilai antisemit. Namun, Ellison yang tinggal di wilayah Minneapolis menegaskan, dirinya hanya membantu Farrakhan menggelar aksi unjuk rasa kulit hitam di Washington, ibu kota AS, pada 1995.
Kurang dari satu pekan menjelang pemilihan umum pertengahan masa jabatan, Ellison terus melakukan kampanye. Dalam kampanyenya, belum lama berselang, dia tak hanya mengangkat masalah-masalah komunitas Muslim, pria berusia 43 tahun ini juga mengusung soal yang dihadapi warga AS umumnya, seperti masalah lingkungan, upah yang kecil, serta perang Iraq.
Pria yang lahir dengan nama Keith Maurice Ellison ini akhirnya meraih 70% suara untuk menggantikan posisi Martin Olav Sabo, anggota Demokrat Minnesota yang pensiun dari DPR AS. Dengan ini, Ellison menambah daftar panjang keunggulan Demokrat di negara bagian barat tengah yang didominasi warga kulit putih itu sejak 1963.
Nama Ellison, 43, memang cukup favorit di distrik tempatnya tinggal yang sebagian besar dihuni imigran Skandinavia dan Rusia, termasuk warga etnis Somalia yang berbahasa Spanyol. Etnis Somalia ini yang diduga sangat berpengaruh dalam kemenangannya. Seperti yang terjadi dalam polling pada September lalu, saat dirinya meraih 41% suara.
“Malam ini, kita membuat sejarah. Kita tidak hanya menang pemilu, tapi lebih dari itu. Kita membuktikan, seorang kandidat bisa menang meski menghadapi tekanan kuat,” ujar Ellison di depan pendukungnya saat merayakan kemenangan, Selasa (7/11) kemarin.
Pengacara dan anggota parlemen itu akhirnya mengalahkan rival-rival terkuatnya asal Republik Alen Fine, Tammy Lee (Partai Independen), dan Jay Pond (Partai Hijau). Meski tak sepenuhnya bisa memuaskan keinginan suara warga Muslim —di mana pasca 9/11 mendapat perlakuaan buruk– setidaknya kemenangan Ellison ini agak membuat lega kaum Muslim AS.