JALUR GAZA (Arrahmah.com) – Keislaman dua muallaf Gaza membuat warga Kristen di Gaza marah dan protes, mengklaim bahwa mereka masuk Islam karena dipaksa.
Seorang pria dan seorang wanita Kristen telah masuk Islam belum ini, mereka berdua adalah warga Jalur Gaza. Keislaman mereka berdua memicu kemarahan di kalangan komunitas Kristen yang berada di Gaza, mengklaim bahwa kedua muallaf itu diculik oleh aktivis Islam dan memaksa keduanya untuk memeluk Islam, sebuah klaim yang dibantah oleh para pejabat Hamas.
“Kami semakin khawatir tentang putera dan puteri kami,” kata Fatin Ayyad, bibi dari Hiba Daoud yang telah menjadi Muslimah, kepada Reuters.
“Jika orang-orang ini masuk Islam karena asal keinginan sendiri, itu tidak masalah. Tetapi mereka ditekan.”
Ratusan warga Kristen telah menggelar protes di Gaza di gereja utama mereka pada pekan lalu, menuntut kembalinya dua muallaf itu.
Namun Hiba sendiri membantah klaim orang-orang Kristiani itu, Hiba yang membawa tiga puterinya bersamanya mengatakan dalam sebuah video klip yang dirilis oleh situs pro-Hamas bahwa dia masuk Islam dengan kehendak sendiri.
“Kami tinggal dengan sebuah keluarga Muslim, mereka memberikan semua yang kami butuhkan, mereka mengajari kami bagaimana cara untuk shalat dan semuanya,” ujar Hiba, yang telah mengenakan jilbab itu.
“Saya mencintai kalian semua, Saya harap tidak ada orang yang merasa terganggu karena saya, ini adalah keputusan saya yang Saya buat beberapa bulan lalu,” tegas Hiba.
Sementara pria muallaf yang berusia 24 tahun-tidak disebutkan namanya-mengatakan kepada para wartawan bahwa dia telah menjadi seorang Muslim dengan keinginannya sendiri tanpa paksaan dan ingin kembali kepada keluarganya, meskipun tidak diketahui apakah keluarganya akan menerimanya atau tidak. Namun sehari setelah ia masuk Islam, ia nekat kembali kepada keluarganya.
Menanggapi tuduhan pemaksaan yang diklaim orang-orang Kristen, Salim Salama seorang ketua Persatuan Ulama Palestina mengatakan bahwa setidaknya 11 Kristian, termasuk yang non-Palestina, telah datang ke kantornya lima bulan lalu untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, dan tidak ada satupun yang dipaksa.
“Tidak ada satu orang pun yang dipaksa untuk mengubah agamanya,” kata Salama. “Ini adalah perintah dari kitab suci kami, Al-Qur’an.”
Kristian adalah warga minoritas di Jalur Gaza, diperkirakan jumlahnya sekitar 2.500 orang. Mereka hidup dengan bebas tanpa diskriminasi dari pihak Muslim dengan berbagai profesi, kebanyakan adalah dokter dan guru dan sebagian adalah pemilik toko perhiasan, serta memiliki sekolah sendiri. (siraaj/arrahmah.com)