Oleh: Ustadz Felix Siauw
(Arrahmah.com) – Nabi takkan marah ketika pribadinya dihina, tapi sebagai ummat yang dicintainya, dan mencintainya lebih dari apapun di semesta, marah ketika Nabi dihina adalah kepastian nyata
Andai orangtua kita dihina saja, darah kita menjadi murah sebabnya, terlebih lagi Nabi Muhammad dihina. Padahal keperluan kita kepadanya, lebih dari keperluan kita pada orangtua kita
Nabi takkan murka saat dimaki, tapi Nabi senang dengan yang membela kehormatannya. Lagipula, tak mampu kita memandang wajah Nabi kelak, ketika kita diam beliau dihina
Sejak kita membuat pengakuan sempurna pada syahadat. Kita menyadari bahwa kita berhutang pada Nabi, yang takkan mungkin kita lunasi selama-lamanya, meski sepenuh harta dan jiwa ditera
Mungkin Prancis perlu diingatkan. Bahwa kehormatan Nabi bagi Muslim sangat berarti, jauh melebihi nilai nyawa kami. Hidup hanya sekali, nyawa hanya satu, andai untuk membela Nabi, kami rela
Jangan bermimpi kebebasan bertindak, bila berbicara saja dibungkam. Omong kosong kebebasan berbicara, bila menghargai kebebasan berkeyakinan saja tak mampu
Prancis mungkin lupa, bukan hanya sekali mereka menguji diri mereka dalam hal yang tak mungkin mereka menangkan. Sebab apa yang mereka takutkan adalah yang dicari ummat Muhammad
Bahkan sekelas ayam kampung pun akan mengumpankan nyawa bila mendapati yang dicintainya diganggu. Kaum Muslim bukan ayam, Prancis sudah mengetahuinya lama
Kaum Muslim tak pernah mencari musuh, tapi takkan lari ketika ditantang oleh musuh. Mungkin tidak hari ini Prancis akan melihat jawabannya, tapi suatu hari mereka pasti merasakannya
Tak ada satupun sebab tak berakhir dengan akibat. Prancis sudah memantik sebabnya. Dan mungkin tanpa sadar ini skenario Allah.
Agar Muslim memahami, persatuan itu mutlak agar bisa kuat dan diperhitungkan, dan disegani. Sebagaimana dulu Prancis tunduk pada telunjuk Khalifah kaum Muslim, Sultan Abdulhamid II.
(*/arrahmah.com)