Kota Douma di Suriah yang terletak 10 kilometer di timur laut Damaskus, telah diserang berkali-kali oleh rezim diktator Bashar Asad, dari darat dan udara dalam tiga tahun terakhir.
Sejak September 2015, Rusia juga telah melakukan serangan udara di kota itu. Ketika revolusi Suriah pecah pada bulan Maret 2011, Douma adalah salah satu kota pertama yang bangkit melawan rezim Asad melalui protes damai. Pada tahun berikutnya, para pejuang dari Tentara Pembebasan Suriah atau Free Syrian Army (FSA) membebaskan kota itu.
Sejak saat itu, serangan udara rezim telah membunuh begitu banyak penduduk sipil. Agustus lalu, serangan terhadap sebuah pasar yang ramai membunuh sedikitnya 80 orang. Ini bukan serangan pertama, juga bukan yang terakhir. Pada bulan Maret 2015, aktivis meluncurkan hashtag Twitter berbahasa Arab Douma_tengah_dihancurkan untuk mencoba menarik perhatian dunia akan nasib kota itu.
Serangan udara dan kematian adalah fakta yang biasa ditemui dalam kehidupan di Douma. Meskipun demikian, penduduk kota itu bertekad untuk melanjutkan kehidupan normal sebaik mungkin. Anak-anak masih pergi ke sekolah dan orang-orang membeli apa yang mereka butuhkan di toko-toko.
Pada Sabtu (13/2/2016), MEMO mempublikasikan sejumlah foto berikut, yang diambil oleh fotografer Firas Abdullah yang tinggal di kota itu.
(banan/arrahmah.com)