SURIAH (Arrahmah.com) – Lebih dari 113.000 orang telah tewas sejak pertempuran di Suriah yang dimulai sejak dua setengah tahun yang lalu, termasuk di antaranya 11.420 anak-anak. Dengan terus meningkatnya korban yang tewas, semakin banyak warga Suriah yang meninggalkan rumah mereka, mencari perlindungan di negara-negara tetangga.
Gregory Beals, seorang penulis yang telah mengikuti narasi korban konflik selama tiga tahun terakhir untuk Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), mencatat saat-saat ketika pengungsi pertama kali tiba di kamp Za’atari di Yordania dan cerita-cerita tentang penderitaan dan kehilangan yang mereka alami.
“Jika saya melihat dengan seksama wajah anak-anak itu, kadang-kadang saya melihat wajah anak yang minta pertolongan. Seringkali saya melihat wajah-wajah yang penuh dengan kebingungan. Beberapa anggota keluarga ada yang sedang beristirahat di atas dipan atau di atas tikar di lantai beton, sebelum mereka terdaftar sebagai pengungsi. Ada yang mempersiapkan tenda, selimut, terpal plastik, peralatan memasak dan makanan.”
“Pusat penerimaan pengungsi lebih dari sekedar tempat istirahat. Ini adalah mesin memori yang selalu dihidupkan oleh kedatangan wajah-wajah tak berdosa dan keluarga mereka. Para pengungsi berdatangan setiap hari. Mereka datang dari perjalanan yang sangat melelahkan. Perjalanan yang melewati berbagai kekerasan yang tak terlukiskan. Dan ketika mereka menghabiskan malam pertama mereka setelah melewati lingkaran konflik, pengungsi Suriah akhirnya memiliki sedikit kenyamanan untuk mulai merasa aman, mengingat penderitaan berat yang telah mereka alami.”
Dengan jumlah sekitar 120.000 pengungsi, Zaatari menjadi camp terbesar untuk pada pengungsi Suriah yang melarikan dari perang di Suriah. (Ameera/arrahmah.com)