Noor Aubie tak tahu bagaimana harus memulai kisahnya. Ia menjadi seorang Muslim secara resmi pada tanggal 1 Januari 2006 di Damaskus, Suriah. Namun, sebetulnya pada tahun 2003 ketika ia berdiri di padang rumput yang diterangi matahari, ia bersyahadah sendirian dan mengatakan kepada Allah tentang harapan dan impiannya.
Dibesarkan secara Kristen di pedesaan di utara Toronto, Kanada, Aubie telah mendapati ketenangan di gereja setiap hari Minggu. Di benaknya, aroma gereja dan salib besar membuatnya terhibur dari kondisi keluarganya yang miskin.
Ketika kecil, ibunya merasa heran karena gadis ciliknya yang gemar memanjat pohon sering memikirkan aneka motif tuhan dalam menciptakan segalanya. Salah satunya adalah mengapa Dia (tuhan) melahirkan anak-anak di keluarga yang berbeda. Sungguh sebuah tanya yang terlalu hebat untuk seorang anak berusia 3 tahun.
Tak mendapati jawaban atas kebutuhan jiwanya dalam keluarga, Aubie berontak menjadi remaja yang nakal. Kemarahannya atas dunia yang kurang mengasihi dan menyayanginya menjadikannya akrab dengan alkohol dan obat-obatan terlarang. Pikirnya Tuhan tidak bersahabat dengannya.
Bosan dan lelah dengan pelampiasan buruknya, Aubie mencari pelarian yang lain. Ia putuskan meninggalkan rumah ketika berusia 18 tahun dan mengembara bersama sekelompok relawan yang disponsori pemerintah Kanada selama satu tahun. Saat kembali ke kampung halaman, ia masuk ke perguruan tinggi dan membaktikan diri pada sebuah NGO yang peduli anak-anak tak beruntung.
Setelah beroleh gelar sarjana ilmu psikologi dan filsafat, ia bekerja di dua kantor pemerintah. Namun ketenangan jiwa belum pula ia temukan. Depresi berat menyeretnya hingga ke satu musim semi yang tragis. Ia putuskan untuk mengakhiri nyawanya di usia 25 tahun. Bunuh diri dengan menyayat nadi di tangan kiri barangkali jawaban atas segalanya.
Allohu Akbar. Rupanya Aubie tidak berhasil mencabut nyawanya sendiri. Ia terselamatkan dan bangun dengan jiwa yang baru.
Ia kembali ke gereja Anglikan semasa kecil dulu. Disana ia mencoba berkontemplasi. Selama satu bulan, setiap hari minggu, air matanya berluruhan. Taqdir membawanya merasakan pernikahan selama 8 tahun, namun kandas dengan alasan yang sama, tidak menemukan ketenangan di dalamnya.
Di tahun 2001 ia mengalami kecelakaan. Tubuhnya cedera berat. Segala terapi fisik dijalaninya. Saat pulih, ia bertekad untuk mencari Tuhan dan menemukan-Nya di tahun 2003. Sebagai seorang Muslim otodidak, Noor telah menjelajahi internet dan toko buku untuk mencari Islam yang benar. Ia hanya memiliki sedikit petunjuk, dalam ketersesatan yang telah dialami. Ini telah menjadi perjuangan untuk mendapatkan fakta-fakta yang tepat dan menyingkirkan keyakinan budaya masyarakat yang salah kaprah. Ia membuat sebuah titik awal untuk mempelajari Al-Quran dan Sunnah. Ia tinggalkan segala sesuatu yang lain, kecuali Islam. Ia telah berjuang banyak untuk mendapatkan hidayah Allah, dan itulah jalannya yang penuh sukacita dan sakit hati.
Terinspirasi Qur’an surat An-Nuur ayat 35, maka Noor ia sematkan di depan namanya.
ٱﻟ