JAKARTA (Arrahmah.com) – Jadi tidaknya kunjungan Presiden Barack Obama ke Jakarta bisa menjadi tolok ukur sederhana atas serius tidaknya Amerika Serikat (AS) memandang Indonesia sebagai mitra penting bagi demokrasi. Pasalnya, hingga kini belum ada kepastian apakah Obama bisa menyambangi Jakarta akhir tahun ini.
Demikian menurut Rizal Sukma, Direktur lembaga pengkaji Center of Strategic and International Studies (CSIS). “Kita akan lihat apakah November mendatang Obama jadi mengunjungi Indonesia atau justru hanya mengunjungi China dan Singapura,” kata Sukma.
“Bila ternyata hanya Singapura dan China, pernyataan bahwa AS menganggap Indonesia sebagai mitra penting bagi demokrasi jadi kurang berarti,” lanjut Sukma dalam diskusi panel perkembangan Hubungan Indonesia-AS dalam bidang demokrasi yang diselenggarakan USINDO di Jakarta.
Dalam kunjungan ke Jakarta Februari lalu, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, menyatakan bahwa Indonesia merupakan mitra penting bagi AS dalam menegakkan demokrasi. Namun, Sukma menilai bahwa kunjungan Obama ke Jakarta bisa menjadi pengakuan simbolik bahwa AS benar-benar melihat Indonesia sebagai mitra penting dan sejajar dalam penegakan demokrasi dan hak asasi manusia (HAM).
Hingga berita ini diturunkan belum ada pengumuman resmi, baik dari Washington DC dan Jakarta, bahwa Obama telah menjadwalkan kunjungannya ke Indonesia.
Gedung Putih baru mengungkapkan bahwa Obama berencana mengunjungi Beijing (China) dan Singapura, yang akan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan para pemimpin Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik 14-15 November 2009. AS dan Indonesia kebetulan sama-sama sebagai anggota APEC.
Selain kunjungan simbolik ke Jakarta, bukti konkret atas pengakuan AS bahwa Indonesia benar-benar mitra penting dalam demokrasi, menurut Sukma, bisa terlihat dalam serius tidaknya Washington mendukung Bali Democracy Forum, yang dibentuk Desember 2008.
“Bali Democracy Forum merupakan gagasan Indonesia untuk mewancanakan dan menggerakkan demokrasi di tingkat global. Ini harus diapresiasi oleh AS, sebagai kekuatan utama demokrasi,” kata Sukma.
Salah satu contoh dukungan yang bisa diberikan AS kepada Indonesia adalah pembentukan Bali Democracy Forum. “Sejak dibentuk akhir tahun lalu, Bali Democracy Forum belum memiliki sekretariat. Ini merupakan elemen penting untuk membuat forum ini tetap berjalan dan berkembang,” lanjut Sukma.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menyampaikan kekhawatiran dan belasungkawa atas bencana gempa di Sumatra Barat dan tsunami di Kepulauan Samoa.
Obama mengatakan sangat menyesali terenggutnya ratusan nyawa dalam gempa bumi yang mengguncang Sumatra Barat pada Rabu (30/9) kemarin. Pemerintah AS pun menjanjikan bantuan sebesar US$ 3,3 juta (sekitar Rp 31,8 miliar) untuk Indonesia.
“Kami selalu siap membantu Indonesia yang telah sangat mengenal bencana alam,” ujar Obama.
Presiden yang pernah menghabiskan sebagian dari masa kecilnya di Jakarta itu juga menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang penuh cobaan dari berbagai bencana alam.
“Indonesia adalah negara yang luar biasa yang telah mengalami berbagai cobaan dari bencana-bencana alam. Saya tahu bahwa rakyat Indonesia kuat dan tangguh serta tabah untuk mengatasi tantangan ini,” kata Obama.
Media Voice of America di Washington DC mengungkapkan bahwa pemerintah AS menyiapkan dana 3,3 juta dollar AS untuk mendukung Indonesia dalam membantu para korban dan pemulihan di wilayah gempa.
Sementara itu, Ketua badan kemanusiaan, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), John Holmes, mengatakan 1.100 orang tewas setelah gempa. Holmes memperingatkan jumlah korban masih akan bertambah.
Pemerintah Indonesia sendiri mengumumkan setidaknya 770 orang tewas, 2.400 terluka, 300 di antaranya luka parah.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Indonesia mencatat gempa 7,6 SR terjadi pada Rabu pukul 17.16 WIB. Gempa terjadi di lokasi 0.84 Lintang Selatan dan 99.65 Bujur Timur. Pusat gempa berada di arah 57 kilometer barat daya Pariaman, Sumatera Barat.
Selain Indonesia, Obama juga menyampaikan belasungkawa atas bencana tsunami yang terjadi di Samoa dan Samoa Amerika pada Selasa (29/9). Setidaknya 168 orang tewas, 22 di Samoa Amerika, 139 di Samoa, dan tujuh di Tonga.
“Hilangnya nyawa di Samoa dan Samoa Amerika sangat menyedihkan. Pemerintah AS akan terus menyalurkan bantuan untuk mempercepat pemulihan,” kata Obama. (vivanews/srmd/arrahmah.com)