SINAI (Arrahmah.com) – Ratusan warga Mesir yang tinggal di Sinai utara di sepanjang perbatasan timur dengan Jalur Gaza, dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka di mana tentara junta berencana untuk menghancurkan rumah-rumah tersebut untuk
memburu Mujahidin yang bertanggung jawab atas serangan yang tak terhitung jumlahnya yang menargetkan pasukan junta, terakhir serangan mereka menewaskan 33 tentara junta Mesir.
Serangan tersebut menjadi yang terburuk sejak setahun terakhir dan militer Mesir bersumpah akan mengintensifkan pengejaran. Kampanye militer yang dimulai Agustus lalu, tidak berhasil mengusir Mujahidin keluar dari Semenanjung Sinai atau melemahkan kekuatannya.
Kemarahan menyebar di kalangan penduduk Sinai selama evakuasi dan tersebar pertanyaan di antara mereka, seberapa efektifkah operasi militer yang dilancarkan Mesir?
Tentara junta Mesir mulai membangun zona penyangga pada Rabu (29/10/2014), membersihkan warga dari perbatasan dengan Jalur Gaza, seperti dilansir Reuters.
Sehari setelah diperintahkan tentara untuk pindah, banyak warga di daerah tersebut mulai mengemasi barang-barang mereka dan meninggalkan rumah mereka ketika pengumuman dari Kairo yang menyatakan akan menggusur mereka.
“Jika ada penduduk yang menolak meninggalkan daerah dengan cara ramah, properti mereka, akan disita paksa,” ujar pernyataan yang ditandatangani oleh Perdana Menteri Ibrahim Mehleb.
Gubernur Sinai mengklaim kepada para wartawan bahwa warga yang meninggalkan rumah mereka akan diberikan kompensasi atas kehilangan rumah mereka.
Mesir mengumumkan keadaan darurat di daerah perbatasan setelah 33 tentaranya tewas dalam dua serangan mematikan di Semenanjung Sinai, sebuah wilayah terpencil namun strategis yang berbatasan dengan “Israel”, Gaza dan Terusan Suez.
Serangan itu juga mempercepat rencana untuk membuat zona penyangga sejauh 500 meter yang akhirnya memaksa warga untuk pergi dari rumah mereka, menghancurkan pohon-pohon dan terowongan yang diklaim sebagai tempat penyelundupan senjata dari
Gaza ke Mujahidin di Sinai.
Seorang guru di sebuah sekolah di daerah perbatasan mengatakan bahwa seharusnya pemerintah lebih memperhatikan warganya dan memberikan kompensasi mereka sebelum memaksa mereka untuk pergi.
“Apa yang terjadi akan mengurangi kecintaan rakyat kepada bangsanya dan membuat mereka kehilangan kepercayaan pada pemerintah,” ujar guru yang tidak ingin disebutkan namanya.
Seorang warga mengatakan, penduduk di daerah tersebut telah diberikan tiga pilihan : uang untuk kompensasi properti mereka, sebuah apartemen di desa yang berdekatan atau sebidang tanah untuk membangun rumah.
Setiap keluarga pengungsi akan menerima 125 USD untuk membantu membayar sewa tempat tinggal selama tiga bulan di tempat lain, sementara kompensasi untuk properti yang hilang sedang dihitung, lansir Reuters.
Warga mengatakan sekitar 680 rumah akan dibongkar. Pasukan junta telah menghancurkan sekitar 200 rumah di perbatasan setelah menemukan pintu masuk ke dalam terowongan yang mengarah ke Jalur Gaza.
Warga Sinai yang telah lama diabaikan oleh negara, mengatakan mereka mengandalkan terowongan untuk mata pencaharian mereka. Namun pasukan junta Mesir melihatnya sebagai ancaman keamanan dan secara teratur menghancurkan terowongan- terowongan tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)