WASHINGTON (Arrahmah.com) – Kedutaan Besar Cina di Amerika Serikat (AS) pada Kamis (7/1/2021) menyatakan bahwa penahanan wanita Uighur di kamp-kamp interniran dibuat untuk mengakhiri peran mereka sebagai “mesin pembuat bayi”.
Dalam cuitannya di Twitter, Kedutaan Besar Cina di AS mengklaim juga bahwa pemberantasan ekstremisme di Xinjiang “telah berhasil” membebaskan pikiran perempuan Uighur dan menciptakan kesetaraan gender serta kesehatan reproduksi. Kedutaan juga mengatakan bahwa kampanye yang mereka lakukan dalam beberapa tahun terakhir membuat kaum perempuan Uigur lebih percaya diri dan mandiri.
Tweet tersebut juga menyertakan artikel yang diterbitkan oleh media pemerintah Cina, China Daily, yang mengklaim telah terjadi penurunan dramatis angka kelahiran warga Uighur di Xinjiang sebab dampak dari pemberantasan ekstremisme agama.
Artikel tersebut membantah isu penurunan drastis populasi karena sterilisasi paksa yang dilakukan Cina. Menurut mereka, penurunan populasi karena emansipasi pikiran wanita Uighur yang memiliki kebebasan otonom pasca ektrimisme disingkirkan.
Dikutip Taiwan News (8/1), berdasarkan data statistik resmi Tiongkok, dokumen kebijakan, dan wawancara dengan perempuan minoritas di lapangan di Xinjiang, tingkat pertumbuhan di Xinjiang turun hingga 84 persen antara 2015 dan 2018.
Menurut ilmuwan Jerman Adrian Zenz kepada AP, penurunan tajam dalam pertumbuhan populasi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dia menuduh bahwa itu adalah bagian dari kampanye kontrol populasi untuk menundukkan Uighur.
Zenz kemudian mengungkap bahwa wanita Uighur di Xinjiang ditawari sterilisasi bedah gratis dan diancam dimasukan kamp interniran jika mereka tidak melakukan prosedur tersebut. Ketika kamp, mereka menerima obat yang tidak diketahui jenisnya dan secara paksa dipasang alat kontrasepsi intrauterine jika mereka telah melebihi kuota melahirkan. (Hanoum/Arrahmah.com)