Pertama kalinya anggota Al Qaeda turun dari hutan, mereka sangat sopan dan memberikan salam. Mereka membawa senjata otomatis meminta warga desa setempat yang awalnya merasa ketakutan apakah mereka diizinkan untuk mengambil air dari sumur. Sebelum pergi, mereka berguling menuruni jendela pick up mereka dan memanggil anak-anak warga desa untuk memberi mereka coklat.
Hal itu terjadi 18 bulan lalu, dan sejak saat itu, para pria berjanggut seperti Syaikh Usamah bin Ladin kembali setiap minggu untuk mengambil air. Seperti biasa mereka datang dan pergi mereka bertukar salam, meminta izin dan berperilaku baik dalam bertetangga.
Selain coklat, mujahidin juga mengeluarkan uang. Jika seorang anak lahir, mereka memberikan bayi itu pakaian. Jika salah seorang sakit, mereka memberi resep obat, ketika ada seorang anak dirawat dirumah sakit mereka menyediakan makanan dan mengambilkan obat.
Mereka tidak berbahaya dan tidak melawan, mujahidin Al Qaeda telah menanamkan dirinya menjadi pribadi yang lunak di Afrika, memilih salah satu negara termiskin di dunia. Warga setempat mengakui Al Qaeda telah membuat perlindungan di tanah terpencil dan memenangkan hati dan pikiran warga yang jarang dijelaskan secara rinci oleh warga yang sering berkontak langsung dengan mujahidin. Warga desa sepakat untuk menceritakan pertama kalinya melalui tim Associated Press di “Zona Merah” yang dianggap Barat sangat berbahaya untuk dikunjungi oleh orang-orang asing.
Para ahli keamanan mengatakan, dalam jangka lima tahun cabang kelompok jihad di Afrika terus berkembang. Dari basis seperti yang ada di hutan sebelah utara di Mali, mujahidin al Qaeda di Islamic Maghreb (AQIM) telah masuk ke kalangan masyarakat lokal, merekrut para pemuda untuk berjihad, menjalani pelatihan di kamp-kamp dan merencanakan serangan-serangan terhadap musuh.
Sebagai ibu perjuangan di Afrika, cabang Al Qaeda Afrika telah mendapatkan ghonimah sekitar 130 juta dolar AS di bawah satu dekade dengan mengambil tebusan dari tahanan orang-orang Barat yang diculik di negara-negara tetangga dan menahan mereka di kamp-kamp di Mali. Barisan mujahidin Al Qaeda sekarang membentang sepanjang gurun sahara, dari Mauritania di Barat hingga Mali di Timur.
Mujahidin Al Qaeda menyatakan meneguhkan tujuan untuk menjadi pemain di jihad global. Pada bulan Septermber 2011 lalu, Jenderal Angkatan Darat AS Carter Ham, mengatakan sekarang AQIM menimbulkan “ancaman yang signifikan” untuk Amerika Serikat.
Ketika mujahidin Al Qaeda muncul sekitar 1,5 tahun lalu dengan membawa 4-5 jerigen dan meminta air. Mereka mengisyaratkan bahwa mereka tidak berniat untuk menjarah sumber daya air di tempat itu. Mereka berdiri dengan jubah-jubah mereka, memakai celana di bawah lutut sedikit, sorban kecil dan janggut, gaya khas Arab.
“Saat pertama kali kalian mengarahkan pandangan ke arah mereka, kalian akan tahu bahwa mereka bukan orang asli Mali,” kata seorang warga setempat Amadou Maiga (45).
Kemudian mereka mulai datang setiap empat atau lima hari dalam sepekan menaiki mobil Land Cruisers dengan Kalshnikov di bahu mereka. Awalnya, mereka berdiam diri tidak lebih dari 15 atau 20 menit, kata penduduk desa yang termasuk penggembala, pemburu dan karyawan Departemen Peternakan Mali yang berkunjung ke area tersebut untuk melakukan vaksinasi hewan dan memperbaiki pompa yang rusak. Jika hari Senin, mereka mengambil air dari sumur, hari Rabu mereka akan pergi ke tempat lain, selalu berbeda-beda perjalanan mereka.
Fousseyni Diakite (51) seorang teknisi sumur yang berkunjung dua kali dalam sebulan ke hutan untuk memeriksa generator yang digunakan untuk menjalankan sumur, ketika itu ia melihat empat pria berpakaian arab dalam sebuah truk Toyota Hilux, dengan AK-47 di kaki-kaki mereka.
Diakite mengatakan bahwa pria-pria itu datang dengan persediaan medis dan untuk mencari tahu apakah ada orang yang sakit.
“Ada salah satu di antara mereka yang berperawakan tinggi dan berdada besar, mungkin dia orang Arab atau Aljazair. Dia diketahui memiliki sebuah farmasi rawat jalan. Dia pergi dari satu tempat ke tempat lainnya, memberikan perawatan dengan gratis,” tambah Diakite.
Mereka menjelajahi kemah-kemah penduduk di mana para gembala sedang tertidur di senja hari dan mereka mengeluarkan uang tunai untuk diberikan kepada penduduk desa yang bergabung sholat dengan mereka. Mereka mengaluarkan sebesar 10.000 Francs Afrika Barat (sekitar 20 dolar AS) sama dengan hampir setengah gaji bulanan rata-rata di Mali.
Sebagian penggembala tidur di gubuk kemah-kemah di tepi hutan. Karena ini adalah pemukiman sementara, mereka tidak memiliki Masjid, tidak seperti kebanyakan desa lainnya yang memiliki dua kali ukuran Perancis yang 90 persen adalah muslim.
Di Boulker, sebuah dusun dekat hutan, para mujahidin meninggalkan 100.000 Franc (sekitar 200 dolar AS) memerintahkan penduduk setempat untuk membeli pasokan dan membangun sebuah Masjid batako, ujar Diakite.
“Mereka mengatakan untuk setiap pusat populasi dengan sedikitnya 10 orang, di sana harus ada Masjid,” tambah Diakite.
Mujahidin AQIM memberi pelajaran yang membekas di hati para warga desa Sokolo, Mali. Segera setelah mujahidin mengambil air, salah satu mujahid mendekati gembala di pompa air untuk membeli seeokor sembelihan untuk dimakan. Pemiliknya ketakutan dan hendak memberikannya secara gratis kepada mujahidin. Tetapi, mujahidin menolak untuk mengambil biri-biri jantan itu tanpa pembayaran, dan segera menyerahkan sejumlah uang dengan dermawan.
“Mereka terlihat mengetahui semua harga sebelumnya. Mereka menunjuk seekor biri-biri dan mengatakan, ‘saya akan membeli yang satu ini seharga 30.000 Franc (60 dolar AS). Mereka tak pernah tawar-menawar, mereka membayar dengan jumlah tinggi. Mereka tak pernah membayar murah.”
Awalnya penduduk setempat merasa ketakutan, namun mereka mengatakan bahwa para penjuang Al Qaeda tidak pernah memaksakan ideologi mereka kepada penduduk sekitar. Sebaliknya mereka para mujahidin AQIM, menunggu dengan sopan sampai mereka melihat penduduk setempat memulai pembicaraan. Mujahidin mengatakan bahwa semua yang mereka lakukan hanya untuk mencari ridho Allah.
Salah seorang pemburu Mali Cheickana Cisse (60) pernah berjumpa dengan mujahidin Al Qaeda, ia berjumpa mujahidin saaat sedang minum di pompa air N7 pada malam hari. Dua truk besar dengan meriam anti-pesawat dan mereka mengikatkan amunisi ke dada-dada mereka, dan pinggang mereka dipenuhi peluru.
Mereka meletakkan AK-47 menjadi sebuah lingkaran di tanah untuk membuat ruang untuk sholat, seperti simbol Masjid. Salah satu dari mereka bertanya kepada Cisse, jika ia pernah mendengar tentang Syaikh Usamah bin Laden.
“Dia berkata, ‘kami seperti ini dengan bin Ladin,'” jelas Cisse sambil mengaitkan jari telunjuk kanan dan kirinya seperti rantai. “Dia berkata, ‘kami adalah Al Qaeda,'” katanya.
Cisse mencoba menyelinap pergi ketika salah seorang mujahidin mengumandangkan adzan, menyeru untuk sholat.
Salah seorang mujahidin memanggil Cisse, “apakah Anda tidak sholat?” Kemudian mereka menyuruh Cisse masuk ke dalam lingkaran. “Aku bisa merasakan bahwa mereka mengawasiku,” kata Cisse.
Mereka ruku dan sujud di dalam lingkaran AK-47 itu, empat orang dari mereka berjaga-jaga di belakang termasuk salah satunya berjaga di atas truk. Setelah kelompok pertama selesai sholat, yang berjaga-jaga mengambil giliran untuk sholat. Kemudian Cisse diam-diam pergi. Ia ketakutan bahwa ia akan ditangkap karena berdasarkan isu-isu yang didengarnya, tetapi ia menyaksikan sendiri bahwa mujahidin tidak melakukan kekejaman apapun kepadanya dan tidak mengejarnya ketika ia diketahui diam-diam pergi dari tempat itu.
“Mereka tidak berusaha menghentikan saya,” kata Cisse.
(siraaj/arrahmah.com)