JEMBER (Arrahmah.com) – Sejumlah jurnalis Muslim dan praktisi media dakwah mengadakan diskusi interaktif dengan tema “Mengokohkan peran dakwah media” di Masjid Adh Dhuha, Hidayatullah Jember, Sabtu (18/4/2015).
Tiga pembicara hadir pada acara ini. Mereka adalah Fajar Firmansyah ( aktifis muslim designer community jember ), Gilig Pradhana ( penulis antologi Nyala- Nyali Dakwah ke Penjuru Negeri dan aktifis Muhammadiyah) dan Bramantyo (Qoid Ilam Jamaah Ansharusy Syariah dan reporter jurnalislam.com)
Ustadz Gilig Pradhana sebagai pembicara pertama, seperti dilaporkan Budi, memaparkan suka duka dakwah di negeri Jepang. Terlebih saat seringnya didatangi oleh para misionaris untuk diajak gabung menerima keyakinannya.
“Tipikal mereka (misionaris) beragam. Dan mereka selalu memiliki persiapan yang matang sebelum mendatangi sasarannya” urai pria yang baru pulang dari menyelesaikan studi ke Jepang.
Dia juga mengingatkan agar para aktifis dakwah tidak meremehkan pentingya bekal ilmu dien serta kedekatan kepada Allah sebagai sebaik-baik bekal
“Kedekatan kepada Allah lah dapat membentengi seorang Muslim dari beragam gempuran musuh Allah, tanpa ini sungguh kita sangat lemah dibandingkan kelihaian musuh-musuh islam dari kalangan sekuler, liberal dan juga pihak barat” ujarnya.
Sementara itu Fajar, sebagai pembicara kedua, mengingatkan para audiens tentang peran pemuda dalam menunjang dakwah sebagaimana yang terjadi pada masa sahabat nabi.
“Pemuda harus berkontribusi dalam dakwah global sesuai potensi yang dimilikinya dan bisa memanfaatkan perkembangan teknologi informasi sebagai media dakwah” tegas aktifis dakwah dan kegiatan sosial sejak SMA ini.
“Dakwah poster yang kami lakukan mungkin terlihat sepele, namun menjadi bukti bahwa kami tidak berdiam diri untuk beramal sholih karena kami yakin bahwa dakwah tidak harus diatas mimbar” tambahnya.
Pembicara ketiga,Ustadz Bramantyo. memaparkan bahwa setiap aktifis dakwah di media apapun pasti ada resikonya karena itu adalah sunnatullah.
Dirinya beberapa waktu lalu pernah menjadi populer mendadak karena poster dirinya beredar di beberapa ruas jalan utama di surabaya karena diteror oknum aparat sebagai teroris.
Menyikapi resiko teror ini Bramantyo mengingatkan audiens agar jeli memilah media informasi.
“Kita tahu siapa pemilik sebagian besar media adalah non muslim. Mereka banyak berperan membentuk opini dan penyesatan info bagi masyarakat. Karena hakikatnya peran media adalah seperti penyihir, bisa merubah yang haq menjadi bathil serta sebaliknya. Disinilah pentingnya kehadiran media Islam sebagai penyeimbang untuk mengokohkan dakwah ke masyarakat” kata dia.
Para hadirin antusias menyimak acara ini, nampak dari banyaknya tanggapan untuk mengsinergikan potensi media dakwah yang berkembang dalam sebuah forum ukhuwah media Islam.
Beberapa audiens yang hadir dalam acara ini termasuk dari kalangan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK), Majelis Literasi, pengurus Dewan Dakwah Islam, santri dari pesantren salafiyah Al Wafa Tempurejo asuhan KH Abdul Aziz serta beberapa ormas Islam di Jember. (azm/arrahmah.com)