Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadikan umrah, ziarah kecil ke Arab Saudi, tumbuh menjadi bisnis yang menguntungkan dengan permintaan yang tampaknya tak berujung. Daftar panjang menunggu haji adalah salah satu penggerak utamanya.
Bagi Muslim, mereka pasti akan memilih haji ketimbang umrah jika mereka mampu. Karena dalam rukun Islam yang kelima setiap muslim yang sehat secara fisik dan mampu secara finansial untuk menunaikannya. Sementara umrah adalah ziarah aktivitas yang tidak wajib dan dapat dilakukan sepanjang tahun.
Masalahnya adalah bahwa ketika jutaan Muslim Indonesia ingin melaksanakan haji namun pemerintah Arab Saudi hanya menetapkan kuota tahunan bagi Indonesia sebanyak 231.000 jamaah. Oleh karena itu, seorang Muslim yang mendaftar haji hari ini akan menemukan jadwalnya satu dekade kemudian.
Rachmah Fitrie Inayah (26), seorang ibu rumah tangga di Depok, Jawa Barat, lebih memilih umrah dua tahun lalu dengan hanya 10 juta rupiah. Menurutnya, ongkos haji terlalu mahal pada waktu itu, selain dari daftar tunggu yang panjang.
Satu-satunya persyaratan yang ia jadikan pertimbangan adalah bahwa ia harus menunggu setidaknya satu tahun.
“Saya punya sedikit tabungan tambahan karena saya baru saja menikah dan ada paket promosi,” katanya
Pada Februari 2016, dua tahun kemudian bersama dengan suami dan mertuanya, Rachmah menunaikan umrah.
Biasanya agen hanya meminta tambahan 1 juta per orang karena ketidakstabilan valuta asing selama dua tahun.
Paket umrah terjangkau ini, yang menurut Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus (Himpuh) menyumbang 60 persen dari seluruh kunjungan ke Arab Saudi, adalah stimulus yang membuat bisnis ini melambung. Angka rata-rata 650.000 orang Indonesia yang pergi umrah setiap tahunnya membuat bisnis senilai sekitar US$ 1 miliar per tahun.
Data dari Departemen Agama menunjukkan lonjakan 63,6 persen jumlah jamaah umrah menjadi 818.000 tahun lalu, dari hanya 500.000 pada 2012.
“Bisnis umrah ini benar-benar bergantung pada daya beli masyarakat. Dengan melemahnya daya beli, agen perjalanan cenderung menjual paket umrah tersebut dengan harga Rp 16,5 juta,” sekjen Himpuh, Muharram Ahmad, menjelaskan, kepada Jakarta Post.
Dia menyatakan bahwa harga termurah untuk umrah adalah US$ 1.650. Namun, saat ini tidak ada peraturan dari Kementerian Agama mengenai harga minimum paket umrah. Absennya aturan pemerintah ini sering memicu insiden malang seperti terdamparnya para jamaah atau terjebaknya konsumen pada janji-janji palsu.
Rachmah adalah salah satu peziarah malang tersebut. Saat ia tiba di Mekah dengan paket umrah murah, beberapa “penyesuaian” kemudian ditetapkan. Dia harus tinggal dengan tiga perempuan lainnya secara acak selama tinggal di hotel.
“Kami hanya memiliki satu rute. Kami tidak mengunjungi kota-kota tambahan lainnya,” katanya, mengacu pada paket umrah lain yang biasanya termasuk tur ekstra ke Istanbul, Turki, atau Kairo, Mesir.
Namun, dia merasa puas karena dia tidak bernasib lebih buruk daripada jamaah lain. Himpuh telah mencatat bahwa sekitar 11.000 orang Indonesia menjadi korban penipuan antara pertengahan Oktober 2015 dan awal Oktober 2016 dan sebagai akibatnya mereka gagal pergi umrah. Dalam dua bulan terakhir, setidaknya 900 orang belum bisa pulang dari Mekkah karena penipuan tiket sebagai akibat dari paket umrah murah.
Kementerian Agama telah meminta masyarakat menggunakan aplikasi seluler Umrah Cerdas (Smart Umrah), yang memungkinkan mereka untuk memeriksa legalitas dari agen perjalanan. Namun demikian, pemerintah sendiri dinilai belum membuat peraturan ketat untuk mencegah agen wisata menjual paket umrah di bawah US$ 1.650. (althaf/arrahmah.com)