ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Pakistan mengatakan pada Amerika Serikat Jumat (18/3/2011) bahwa pihaknya tidak akan menghadiri pertemuan di Afghanistan akhir bulan ini, seperti dilansir Reuters pada Sabtu (19/3). Islamabad menyatakan kemarahan tersebut setelah AS melancarakan serangan rudalnya dan menewaskan 41 orang.
Menteri Luar Negeri Pakistan, Salman Bashir, mengajukan protes keras pada Duta Besar AS, Cameron Munter, yang dipanggil kantor kementrian luar negeri sehari setelah serangan di wilayah Datta Khel, Waziristan Utara, kata seorang juru bicara.
“Munter menyampaikan bahwa dalam situasi saat ini, Pakistan tidak akan bisa berpartisipasi dalam pertemuan segitiga antara Afghanistan-Pakistan-AS,” kata juru bicara itu dalam sebuah pernyataan
“Ini adalah bukti bahwa dasar hubungan kami memang perlu ditinjau kembali. Pakistan harusnya tidak diperlakukan sebagai negara klien,” kata pernyataan itu.
Amerika Serikat telah mengusulkan pertemuan segitiga di Brussels pada tanggal 26 Maret untuk membahas situasi di Afghanistan, menurut pernyataan itu.
Sebelumnya, kepala tentara Pakistan, Jenderal Ashfaq Kayani, untuk pertama kalinya memperlihatkan ketidaksenangannya pada AS di hadapan publik. Kayani mengutuk serangan drone AS itu tidak bisa dibenarkan dan tidak bisa ditoleransi.
Washington dalam beberapa bulan terakhir terus menekan sekutunya yang memiliki senjata nuklir itu untuk mengejar ‘militan’ di Waziristan Utara, daerah yang disinyalir AS menjadi tempat perencanaan serangan terhadap pasukan asing di Afghanistan.
Pakistan sempat mengatakan bahwa pihaknya akan melakukannya tetapi dengan jadwal sendiri dan jika sumber daya yang dimilikianya dinilai sudah cukup.
Ada spekulasi bahwa pembebasan agen CIA, Raymond Davis, yang telah membunuh dua warga Pakistan di Lahore, sehari sebelum terjadinya pembantaian drone di Datta Khel, ‘telah menandai pemulihan hubungan antara lembaga mata-mata Pakistan dan Amerika”. Spekulasi ini pun sempat sejumlah pihak yang merasa berkepentingan terhadap perang melawan teror beranggapan bahwa operasi di Waziristan Utara mungkin akan dilakukan segera. (althaf/arrahmah.com)