RAMALLAH (Arrahmah.id) – Seorang pejabat dari gerakan Fatah Palestina dilaporkan ditahan pada Kamis (19/1/2023) di Tepi Barat yang diduduki setelah mengecam Dinas Keamanan Palestina, lansir media lokal.
Pengguna media sosial mengunggah gambar surat perintah penangkapan yang dikeluarkan terhadap juru bicara Fatah, Munir Al-Jaghoub.
Dikatakan penangkapan Al-Jaghoub dilakukan atas tuduhan pencemaran nama baik yang diarahkan pada komandan tertinggi, pengadilan, lembaga, atau pasukan keamanan, dengan cara yang melemahkan moral rezim militer, atau kepatuhan kepada atasan.
Dia ditahan di Ramallah setelah dugaan rekaman suaranya bocor di mana dia menyerang petugas keamanan Otoritas Palestina, ia dilaporkan marah atas penangkapan saudaranya, Moatasam.
Tidak ada informasi lebih lanjut yang tersedia.
Media sosial menunjukkan bahwa Al-Jaghoub telah menuduh para pejabat Otoritas Palestina sebagai “mata-mata dan pengkhianat” di masa lalu.
“Munir Al-Jaghoub tidak masalah dengan penangkapan di Al-Akhdar dan tempat lain. Dia tidak masalah ketika ketidakadilan dilakukan kepada orang lain, dia hanya masalah ketika itu dilakukan padanya atau kerabatnya,” kata salah seorang pengguna Twitter.
Otoritas Palestina mengatur sebagian Tepi Barat, dan terlibat dalam koordinasi keamanan dengan “Israel”, dan dituduh menekan perbedaan pendapat internal, yang menimbulkan kritik dari sebagian besar penduduk Palestina.
Pada akhir April 2022, Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas memerintahkan serangkaian penangkapan di Hebron dan Jenin di tengah berlanjutnya penggerebekan “Israel” di kamp-kamp pengungsi di daerah tersebut.
Bulan lalu, pasukan keamanan Otoritas Palestina menahan sejumlah warga sipil di Tepi Barat dalam kampanye penangkapan “bermotivasi politik” selama peringatan 35 tahun berdirinya Hamas.
Kelompok hak asasi Palestina mengutuk penahanan Otoritas Palestina yang dipimpin Fatah dan menyebutnya sebagai tindakan ilegal, dan mengatakan bahwa pihak berwenang menargetkan para aktivis Hamas yang diduga karena afiliasi politik mereka.
Kedua pihak terlibat konflik singkat namun berdarah pada 2007, yang menyebabkan Hamas menguasai Gaza dan Fatah bertanggung jawab atas Tepi Barat. (zarahamala/arrahmah.id)