NEW YORK (Arrahmah.id) – Model Palestina-Amerika Bella Hadid mengecam komentar yang dibuat oleh Menteri Keamanan Nasional “Israel” Itamar Ben-Gvir yang secara luas dianggap rasis terhadap kebebasan bergerak warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Ben-Gvir mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa hak dia dan keluarganya untuk melakukan perjalanan di sekitar Tepi Barat – yang diduduki “Israel” sejak 1967 – menggantikan hak penduduk asli Palestina.
“Hak saya, hak istri dan anak-anak saya, untuk bepergian di jalan-jalan di Yudea dan Samaria lebih penting daripada hak bergerak bagi orang Arab,” kata Ben-Gvir di Channel 12 Israel, ia menggunakan nama Yudea dan Samaria mengacu pada Tepi Barat yang diduduki.
Jurnalis Mohammad Magadli menentang seruan Ben-Gvir untuk membatasi hak warga Palestina untuk bebas bergerak di wilayah pendudukan.
“Maaf Mohammad, tapi itulah kenyataannya. Itulah kenyataannya. Hak saya untuk hidup lebih penting daripada hak mereka untuk bergerak,” jawab Ben-Gvir.
Bella Hadid mengunggah klip video dari wawancara tersebut dan membagikannya di Instagram kepada 60 juta pengikutnya.
“Tidak ada tempat dan waktu, apalagi di tahun 2023, kehidupan yang satu harus lebih berharga dari kehidupan yang lain,” kata Hadid dalam unggahan tersebut. “Terutama hanya karena etnis, budaya, atau kebencian mereka yang murni.”
Ben-Gvir menanggapi Hadid pada Jumat (25/8/2023) dengan sebuah unggahan Twitter yang menggambarkannya sebagai “pembenci Israel”.
“Saya mengundang Anda ke Kiryat Arba, untuk melihat bagaimana kita hidup di sini, bagaimana setiap hari, orang-orang Yahudi yang tidak melakukan kesalahan apa pun terhadap siapa pun dalam hidup mereka dibunuh di sini,” tulisnya di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Ben-Gvir tinggal di pemukiman Kiryat Arba dekat Hebron, kota terbesar di Palestina.
Bella Hadid, yang ayahnya adalah warga Palestina, secara konsisten mengkritik penindasan “Israel” di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki serta masalah hak asasi manusia lainnya.
Hadid bertemu dengan keluarga jurnalis Al Jazeera Palestina yang terbunuh Shireen Abu Akleh di Qatar pada Ahad (20/8), menawarkan bantuan dalam perjuangan mereka untuk keadilan.
Dia mengatakan dukungan publiknya terhadap Palestina telah menyebabkan dia kehilangan pekerjaan, namun meskipun demikian dia akan terus melanjutkan advokasinya.
Model tersebut juga pernah mengunggah di media sosial sebuah adegan dari film berjudul Children of Shatila yang mengeksplorasi pengungsi Palestina di kamp pengungsi Shatila di Libanon pada 1998. (zarahamala/arrahmah.id)