LONDON (Arrahmah.com) – Sebuah laporan yang diterbitkan oleh organisasi anti kebencian Inggris pada Senin (1/9/2019) menyebutkan bahwa ujaran kebencian dan kejahatan terhadap Muslim di Inggris meningkat sebanyak 375% setelah tepilihnya Boris Johnson sebagai Perdana Menteri.
Boris Johnson, yang secara terang-terangan menunjukkan sikap anti Muslimnya dengan memberi julukan “kotak surat” dan “perampok bank” bagi Muslimah yang mengenakan jilbab, membuat rakyat Inggris yang juga anti Muslim semakin berani untuk menunjukkan kebencian mereka.
Tell MAMA mencatat ada sebanyak 38 ujaran kebencian yang ditujukan kepada umat Muslim satu pekan setelah ucapan Boris Johnson tersebut dimuat di surat kabar Daily Telegraph. Di mana pada pekan sebelumnya tercatat hanya ada 8 ujaran kebencian yang ditujukan kepada umat Muslim.
“Dari 38 insiden ujaran kebencian anti-Muslim di minggu pertama, 22 di antaranya ditujukan kepada wanita Muslim yang terlihat mengenakan cadar (niqab) atau jilbab. Kami mencatat total 57 insiden dalam tiga minggu setelah komentar Perdana Menteri dipublikasikan, 32 di antaranya ditujukan untuk wanita Muslim,” ungkap laporan tersebut, sebagaimana dilansir Daily Sabah.
Menurut laporan tersebut, lonjakan yang dibuat oleh Boris Johnson adalah lonjakan anti Muslim terbesar kedua, di mana lonjakan pertama terjadi pada Maret ketika seorang pria Inggris mengirim surat yang berisi “Hukuman Bagi Muslim” ke seluruh penjuru Inggris, dalam surat tersebut juga terdapat rincian poin untuk setiap tindakan dan hadiah bagi yang mengumpulkan poin terbanyak.
Melihat situasi yang ada, Perdana menteri Theresa May dan Menteri Negara Brandon Lewis meminta Johnson untuk meminta maaf atas pernyataannya tetapi dia menolak. (rafa/arrahmah.com)