AMMAN (Arrahmah.com) – Mona Alami, seorang wartawan Libanon Perancis yang menulis tentang isu-isu politik dan ekonomi di dunia Arab, dan kontributor tetap untuk Sada, menulis tentang kelompok Jihad dan perjuangan di Suriah dengan judul “Generasi Baru Pejuang Jihadi Yordania”. Mona Alami dalam kolom tersebut menulis bahwa Jihadis Yordania telah datang untuk memainkan peran penting dalam konflik Suriah.
Berbeda dengan Jihadis Yordania generasi sebelumnya yang memfokuskan pada Jihad global, Jihadis muda Yordania yang saat ini berjuang di Suriah memprioritaskan pada permasalahan regional dan lokal. Hasil dari keterlibatan mereka di Suriah akan menentukan visi dan tujuan dari Jihadis muda Yordania ini. Keberhasilan yang dirasakan di Suriah akan membuat mereka semakin berani, dan kemungkinan hal ini menyebabkan mereka untuk mencari peran politik yang lebih aktif di Yordania.
Diperkirakan berjumlah sekitar 5.000 anggota, para Salafi-Jihadi Yordania hanya merupakan salah satu bagian dari populasi yang lebih luas dari Salafi Yordania, yang secara tidak resmi diperkirakan mencapai 15.000 orang (menurut wartawan lokal dan pakar Salafi Tamer Smadi). Jihadis Yordania eksis berdampingan dengan Salafi tradisional dan reformis Salafi. Hingga 2011, Salafi Yordania dan para Jihadis di antara mereka sebagian besar bergerak secara underground, namun aksi protes negara itu memungkinkan mereka bergerak ke permukaan dan mendapatkan visibilitas lebih melalui partisipasi mereka dalam demonstrasi. Perang di Suriah adalah titik balik lain, mereka menyaksikan pergeseran ideologis dengan fokus baru pada “musuh dekat”, dan dengan demikian mereka berupaya untuk menciptakan apa yang mereka sebut sebagai “rumah benteng” (Diyar al-Tamkeen) di Suriah yang merupakan titik tolak dimana mereka kemudian bisa memperluas aksi mereka ke negara-negara regional lainnya.
Hari ini, gerakan Salafi Jihadi adalah kelompok yang longgar dengan beberapa pemimpin berpengaruh seperti Abu Muhammad al-Maqdisi dan Abu Muhammad al-Tahawi, seorang Syekh Salafi Jihadi terkemuka yang mendorong warga Yordania untuk berperang di Suriah pada tahun 2012. “Saya menyerukan kepada setiap orang yang mampu untuk pergi berjihad di Suriah, itu adalah tanggung jawab setiap Muslim yang baik untuk menghentikan pertumpahan darah yang dilakukan oleh rezim Nusayri,” kata al-Tahawi pada Juni 2012, mengacu pada rezim syi’ah Alawi yang berkuasa di Suriah.
Komunitas Salafi Jihadi Yordania merupakan salah satu kontributor terbesar dari mujahidin yang berjuang ke Suriah. Pakar Salafi Jihadi meyakini bahwa sekitar 700-1000 Jihadis Yordania sedang berperang di sana, kira-kira sebanding dengan jumlah Jihadis Tunisia, yang berjumlah sekitar 800 dari mereka yang berjuang bersama Mujahidin di Suriah. Mayoritas Jihadis Yordania di Suriah telah bergabung ke Jabhah Nusrah, di mana dua warga Yordania-Palestina, Iyad Toubasi dan Mustafa Abdul Latif, menduduki jabatan penting.
Iyad Toubasi (Abu Gelebeb) adalah Amir dari Jabhah Nusrah di Damaskus dan Deraa, ia juga merupakan ipar dari salah satu Salafi-Jihadis Yordania yang terkenal, Abu Musab al-Zarqawi, yang juga berjuang bersamanya di Irak. Abdul Latif (Abu Anas al-Sahaba) juga merupakan komandan di Jabhah Nusrah. Perwakilan Yordania di Jabhah Nusrah lebih menonjol daripada di Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS), “karena perbedaan ideologis,” demikian kata Abu Sayyaf, seorang tokoh Jihad terkemuka di Yordania.
Pentingnya Suriah bagi generasi muda Jihadis Yordania yang saat ini berperang di dataran dan perbukitan “Bilad asy-Syam” (Suriah Raya) antara lain karena perang di Suriah merupakan perang melawan penguasa zalim antek-antek musuh Islam. Sekarang fokus upaya mereka pada “musuh dekat” (penguasa yang zalim), yang juga bisa berkembang ke Yordania. Meskipun mereka yang telah kembali ke ke Yordania belum mengkoordinir perjuangan di Yordania, tetapi pihak keamanan negeri tersebut telah menindak para Salafi-Jihadis sejak awal perang di Suriah, karena kekhawatiran yang sangat akan kemungkinan ini. Penangkapan para Salafi-Jihadis secara nasional telah menargetkan antara 150 dan 170 Muslim per Januari.
Pada akhir Desember, badan intelijen Yordania menangkap Raed Hijazi, yang dikenal sebagai Abu Ahmed al-Amriki, yang dipercaya memiliki hubungan dengan al-Qaeda, sebagai bagian dari upaya mereka untuk mencegah koordinasi lebih lanjut antara Jihadis lokal dan jaringan internasional Al-Qaeda.
Aspek penting lainnya dari perjuangan bagi Jihadis muda Yordania adalah rencana untuk membangun apa yang mereka sebut sebagai Diyar al-Tamkeen. Ini akan menjadi langkah pertama untuk mencapai dan memperluas negara Islam transnasional yang berdasarkan syari’ah. (ameera/arrahmah.com)