MOGADISHU (Arrahmah.com) – Somalia tidak pernah memiliki pemerintahan yang efektif sejak 1991, dan utusan PBB untuk negara itu mengatakan bahwa saat ini Somalia benar-benar ada dalam kondisi yang sangat kritis dan membutuhkan dukungan internasional, terutama perlengkapan militer, pelatihan, dan dana.
Amerika Serikat tentu saja tidak tinggal diam. Seiring dengan rentetan serangan yang dilakukan oleh mujahidin Al Shabab terhadap pemerintah munafik Somalia, AS memanfaatkan tuduhannya pada Al Shabab yang disinyalir terlibat dalam pemboman pada kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania untuk terlibat dan berperan aktif dalam membantu pemerintahan transisional Somalia menyerang mujahidin.
Menurut AS, keberadaan Al Shabab sangat terkait dengan jaringan jihad Al Qaidah yang paling mereka takuti.
Al Shabab yang berarti “para pemuda” di Somalia telah mengambil alih kontrol atas banyak wilayah, dan para mujahidinnya beroperasi secara terang-terangan di ibu kota Mogadishu atas dorongan dan keinginan untuk menegakkan hukum-hukum Islam di negara tersebut.
Serangan yang bertubi-tubi mujahidin menyebabkan angkatan perang boneka pemerintah Somalia merasa terpojok. Oleh karena itu, presiden munafik Sharif Ahmad menyeru dan memohon bantuan dari komunitas internasional untuk membantu posisinya yang tersudut.
Tentara bantuan dari Etiopia, negara tetangganya, selama ini ikut terlibat dalam menghadapi mujahidin dan menimbulkan ketakutan tersendiri bagi warga sipil tiap kali tentara Etiopia itu beraksi.
Sebelumnya pada akhir tahun 2006 para tentara negara Etiopia berhasil menjatuhkan kekuasaan pengadilan Islam. Al Shabab pun kandas di beberapa wilayah di Somalia, namun kembali muncul dengan kekuatan mujahidin yang sangat sukar dikalahkan untuk memerangi pemerintahan munafik Somalia dan juga sekutunya Etiopia. (Althaf/arrahmah.com)