YANGON (Arrahmah.com) – Enam pengungsi Rohingya tewas Jumat dini hari (19/10/2018) setelah api melalap kamp yang disesaki minoritas yang teraniaya tersebut di negara bagian Rakhine, Myanmar, kata petugas pemadam kebakaran setempat.
Perhatian global terfokus pada 720.000 Muslim Rohingya yang dipaksa pergi dari utara negara itu ke Bangladesh tahun lalu oleh penumpasan militer yang brutal.
Dewan Hak Asasi Manusia PBB telah menuduh jenderal-jenderal Myanmar melakukan praktek genosida atas kampanye berdarah. Namun, tuduhan itu dibantah keras oleh Myanmar.
Namun yang kurang diperhatikan adalah nasib 129.000 orang Rohingya yang terkurung di kamp-kamp di selatan dekat ibukota Sittwe setelah serangan sebelumnya di tahun 2012.
Ratusan orang tewas tahun itu dalam kerusuhan antara umat Buddha Rakhine dan minoritas tanpa kewarganegaraan, yang kemudian dikirim ke kamp-kamp miskin jauh dari bekas tempat tinggal mereka.
Kebakaran di kamp Ohndaw Chay, yang menampung sekitar 4.000 Rohingya dan terletak 15 mil (24 kilometer) dari Sittwe, terjadi tepat sebelum tengah malam dan berlangsung beberapa jam, kata pejabat pemadam kebakaran Han Soe kepada AFP.
“Enam orang, satu pria dan lima wanita tewas,” katanya, menambahkan bahwa 15 tenda juga hancur dalam kebakaran yang diduga terjadi bermula dari ruang masak.
“Kami berhasil menaklukkan api sekitar pukul 01:10 pagi ini dan telah memadamkannya sepenuhnya sekitar pukul 3:00 pagi,” katanya.
Sebanyak 822 orang dibiarkan tanpa tempat tinggal, media setempat melaporkan.
Kondisi di kamp sangat memprihatinkan dan Rohingya terperangkap di sana hampir tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan, mengandalkan bantuan makanan dari lembaga bantuan untuk bertahan hidup.
Akses ke kamp-kamp juga dikontrol secara ketat.
Kebakaran di kamp-kamp umum terjadi karena padatnya pengungsi, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
“Banyak warga kamp membangun ekstensi sementara ke tempat penampungan mereka untuk menciptakan lebih banyak ruang bagi keluarga mereka. Jadi, ketika terjadi kebakaran, lebih mungkin menyebar dengan cepat,” kata jurubicara OCHA Pierre Peron.
Hla Win, seorang pria Rohingya dari sebuah kamp di dekatnya, mengatakan kepada AFP bahwa truk pemadam kebakaran lambat tiba di sepanjang jalan yang kumuh dari Sittwe dan kurangnya air juga menghambat upaya untuk memadamkan kobaran api.
“Kami tidak memiliki kolam di dekat kamp,” katanya. “Karena itulah kobaran api meluas.”
Myanmar berjanji akan menutup hampir 20 kamp di sekitar Sittwe dalam beberapa bulan mendatang.
Sementara itu, kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan langkah itu tidak akan mencapai hasil apapun, tak juga mengakhiri pembatasan gerakan atau memberikan Rohingya jalan untuk memperoleh kewarganegaraan. (Althaf/arrahmah.com)