NEW SOUTH WALES (Arrahmah.com) – Dinas Pemadam Kebakaran di negara bagian New South Wales, yakni RFS, mengatakan sudah ada 1.588 rumah di negara bagian tersebut yang hancur, 653 diantaranya mengalami kerusakan.
Cuaca yang lebih sejuk dalam beberapa hari terakhir memberikan kesempatan kepada petugas pemadam kebakaran di Australia untuk istirahat, sebelum cuaca buruk akan kembali pada hari Jumat (10/1/2020).
Di negara bagian Victoria, Menteri Utama Daniel Andrews mengatakan, sejauh ini sedikitnya 200 rumah musnah terbakar.
Angka ini diperkirakan akan meningkat, setelah pihak berwenang selesai melakukan pengecekan secara menyeluruh.
Dewan Asuransi Australia (ICA) memperkirakan kerusakan akibat kebakaran semak sejak bulan September hingga saat ini telah mencapai AU$ 700 juta, atau kurang dari Rp 7 triliun.
Sudah ada 8.985 pengajuan klaim asuransi dan angkanya diperkirakan akan meniingkat secara signifikan.
Pada Senin malam, hujan turun di sebagian New South Wales dan RFS menggunakan kesempatan tersebut untuk memperkuat usaha mereka menanggulangi api.
Tapi diperkirakan suhu udara akan kembali meningkat, bahkan kembali mecapai 40 derajat di akhir pekan mendatang.
Peramal cuaca dari Biro Meteorologi (BOM), Dean Sgarbossa, mengatakan suhu dingin hanya akan bertahan sampai hari Jumat, sebelum kemudian memanas lagi dimulai dari Australia Selatan, bergerak ke Victoria dan New South Wales.
Suhu diperkirakan akan berada di atas 30 derajat Celcius di kawasan garis pantai, sementara di daerah pedalaman bisa mencapai lebih dari 40 derajat Celcius, seperti di kawasani Griffith, Hay dan Broken Hill. Kondisinya akan mirip dengan yang terjadi hari Sabtu pekan lalu.
Di Victoria, hujan yang turun selama dua hari terakhir memperlambat gerak api yang masih membakar di beberapa tempat dan sudah menghanguskan 1,2 juta hektar lahan.
Suhu udara hari Sabtu lalu mencapai rekor baru 48.9 derajat Celcius yang tercatat di Penrith, dekat kota Sydney, yang menjadikannya terpanas di kawasan New South Wales sejak tahun 1939.
Dean menjelaskan, suhu udara di Australia selama beberapa bulan terakhir memang kering dan panas, hal yang tidak biasa, menyebabkan kebakaran.
“Kita sekarang mulai melihat penumpukkan uap air di bagian Barat Daya Australia Barat dan nantinya bisa menyebabkan hujan dan pembentukan awan dalam bulan mendatang,” ungkapnya.
Musim kebakaran hutan dan semak di Australia terjadi di musim panas, dari bulan Desember sampai Februari setiap tahun.
Namun beberapa kalangan mengatakan musim kebakaran belakangan ini sering datang lebih cepat. Di tahun 2019, misalnya, kebakaran hutan sudah dimulai sejak bulan September.
Kebakaran besar pada pekan lalu, yang terjadi menjelang malam tahun baru, dialami negara bagian Victoria dan News South Wales.
Para pakar margasatwa kini khawatir dengan masa depan beberapa spesies yang terancam.
Api telah menghanguskan Taman Nasional Flinders Chase yang ada di pulau ini, dimana jadi rumah bagi koala, kanguru, burung langka, dan hewan berkantung lainnya.
(ameera/arrahmah.com)