NEW DELHI (Arrahmah.com) – Kebakaran hebat menghanguskan kamp pengungsi Rohingya di ibu kota India, New Delhi pada Sabtu (12/6/2021). Kejadian ini dilaporkan berdampak pada ratusan pengungsi yang kehilangan tempat tinggal, meskipun tidak ada kematian atau cedera serius yang dilaporkan dalam kebakaran tersebut.
Dilansir Al Jazeera (13/6), kebakaran terjadi sekitar pukul 23.30 waktu New Delhi dan dengan cepat menyebar ke seluruh kamp. Api membuat 55 tempat penampungan menjadi abu di daerah Madanpur Khadar di selatan ibu kota.
Departemen pemadam kebakaran ibu kota nasional mengatakan mereka menempatkan 15 mobil pemadam kebakaran dan mengendalikan kobaran api dalam waktu sekitar enam jam.
“Kami ke lokasi dengan cepat dan mulai memadamkan api,” kata seorang operator di Delhi Fire Service, Sandeep.
Api dilaporkan menghanguskan kamp yang menjadi rumah bagi 55 keluarga dan memenuhi langit dengan gumpalan asap dan api. Para pengungsi bergegas ke tempat yang aman dan berteriak minta tolong.
Sufia Khatoon (32) sedang tidur di dalam gubuknya bersama ibu dan anaknya yang cacat fisik saat kebakaran terjadi. Ia menyebut api dimulai di sebuah gubuk yang ditinggalkan. Dia juga memohon kepada pemerintah dan kelompok-kelompok bantuan untuk bantuan makanan dan tempat tinggal.
“Ketika kami melihat api, saya memegang tangan ibu saya dan menggendong anak saya dan melarikan diri ke tempat yang aman di luar kamp. Kami kehilangan segalanya. Api bahkan menghanguskan sedikit uang yang kami simpan untuk kebutuhan sehari-hari. Kami tidak punya satu rupee [India] untuk membeli air,” kata Khatoon.
Pengungsi tidak berdokumen. Asif Mujtaba yang juga seorang aktivis yang berbasis di Delhi mengatakan kepada Al Jazeera kelompoknya adalah salah satu yang pertama memberikan bantuan segera setelah api padam.
“Kami memindahkan mereka yang membutuhkan perhatian medis ke rumah sakit terdekat, dan mengatur air dan makanan untuk para pengungsi,” kata Mujtaba.
Dia menambahkan bahwa dirinya menjangkau para pejabat untuk membantu mendirikan kamp bantuan sementara bagi mereka di musim panas yang terik. “Kami juga memetakan rincian keluarga yang menderita kerugian dalam kebakaran tersebut,” tambahnya.
Relawan lain, Ahmad Kamal, membuka pintu asrama terdekatnya dan melindungi beberapa orang Rohingya untuk malam itu, memberi mereka makanan dan air. “Kami lapar. Beberapa orang datang ke sini di pagi hari dan memberi kami pisang dan susu,” kata pengungsi Tayyab Begum, 45 tahun.
Diperkirakan 40.000 pengungsi Rohingya, banyak yang diyakini tidak berdokumen, tinggal di kamp-kamp di kota-kota India, termasuk Jammu, Hyderabad, dan Nuh. Badan pengungsi PBB telah memberi beberapa dari mereka kartu pengungsi yang membantu mereka mengakses beberapa layanan dasar dan seharusnya melindungi mereka dari tindakan polisi.
Lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya berlindung di Bangladesh pada 2017 setelah tentara Myanmar melancarkan tindakan brutal terhadap minoritas Muslim, yang telah dianiaya oleh otoritas Myanmar selama beberapa dekade. Bangladesh saat ini menahan lebih dari satu juta orang Rohingya di kamp-kamp yang sempit dan kumuh di sepanjang perbatasannya dengan Myanmar.
Sejumlah besar Rohingya juga mengungsi ke negara-negara tetangga di Asia, termasuk India dan Malaysia. Kebakaran itu terjadi di tengah tindakan keras pemerintah India terhadap pengungsi Rohingya yang tinggal di negara itu. Pada Maret, polisi di kota Jammu dan New Delhi memenjarakan lebih dari 200 pengungsi, mengatakan mereka tinggal di negara itu “secara ilegal”.
Pemerintah nasionalis Hindu India mengatakan akan mendeportasi para pengungsi Rohingya ke Myanmar yang bertentangan dengan prinsip non-refoulement, yang melarang suatu negara mengembalikan pengungsi ke negara di mana mereka akan menghadapi penyiksaan. Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan agar tidak mendeportasi Rohingya ke Myanmar, yang juga mengalami kudeta militer pada Februari.
Untuk saat ini, deportasi mereka telah diblokir oleh Mahkamah Agung India. Namun 300 pengungsi masih dipenjara.
Polisi telah meluncurkan penyelidikan atas kebakaran tersebut, beberapa pengungsi tidak mengesampingkan sabotase. “Rupanya, penyebab kebakaran adalah korsleting,” kata Bharat Singh, seorang petugas investigasi Polisi Delhi, kepada Al Jazeera dari kamp.
“Para ahli ilmu forensik telah mengumpulkan sampel kabel listrik dari lokasi untuk memastikan penyebab di balik kebakaran tersebut,” ujarnya.
Namun, para pengungsi mengatakan kemungkinan kamp telah “sengaja dibakar” tidak dapat dikesampingkan, karena orang-orang yang tergabung dalam kelompok sayap kanan Hindu sebelumnya telah dituduh menyalakan api di kamp tersebut.
Khatoon, pengungsi yang melarikan diri bersama ibu dan anaknya, mengatakan gubuk tempat api berasal tidak memiliki pasokan listrik atau kabel.
Rohingya lainnya, Mohammad Farooq, mengatakan beberapa jam sebelum kebakaran,beberapa pria bertopeng telah tiba di kamp dan menyuruh para pengungsi untuk mengosongkan tanah. Mereka menepisnya, berpikir itu hanyalah peringatan lain yang mereka hadapi secara teratur.
“Kami tidak tahu apakah seseorang menyalakan api atau itu alami, tetapi kami ingin memberi tahu orang-orang ini, ‘Apa yang akan Anda dapatkan dengan menindas kami? Kami manusia sepertimu, kami juga punya anak sepertimu,” kata Farooq.
Kelompok Hindutva, yang mendukung Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, telah berkampanye untuk deportasi pengungsi Rohingya, Kelompok ini mengatakan Rohingya menimbulkan ancaman keamanan bagi India dan bahwa mereka ingin mengambil tanah itu.
“Insiden semacam ini sering terjadi dan ini adalah ketiga kalinya kamp terbakar tahun ini. Kami menduga ada laki-laki di baliknya,” kata Ali Johar, aktivis komunitas Rohingya di New Delhi.
“Kami sering mendengar ancaman dari orang-orang, termasuk pihak berwenang, bahwa kami akan membuldoser kamp Anda,” tambahnya. (hanoum/arrahmah.com)