BER (Arrahmah.id) – Misi penjaga perdamaian PBB di Mali telah mempercepat penarikan pasukannya dari kota Ber di bagian utara setelah terjadinya lonjakan pertempuran.
Misi PBB, yang dikenal sebagai MINUSMA, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Ahad (13/8/2023) bahwa “keamanan yang memburuk” telah membuat kepergian mereka mendesak.
“MINUSMA telah mempercepat penarikannya dari Ber karena memburuknya keamanan di daerah tersebut dan risiko tinggi yang ditimbulkannya terhadap Blue Helmets,” kata pasukan tersebut melalui media sosial X, yang sebelumnya dikenal dengan nama Twitter.
“Ini mendesak semua pihak terkait untuk menahan diri dari tindakan apa pun yang dapat memperumit operasi.”
Seorang pejabat senior keamanan setempat mengatakan bahwa misi PBB telah pergi “tanpa insiden”.
Dalam beberapa hari terakhir, aliansi pemberontak utara yang dipimpin Tuareg, yang disebut Koordinasi Gerakan Azawad (CMA), menuduh pasukan Mali dan pasukan Kelompok Wagner Rusia melanggar gencatan senjata dengan menyerang pasukannya di dekat Ber, lansir Al Jazeera.
Tentara Mali belum menanggapi tuduhan CMA, tetapi mengatakan bahwa enam tentaranya yang ditempatkan di kota tersebut dibunuh oleh “kelompok teroris bersenjata”.
Pertempuran berlanjut pada Ahad antara pemberontak dan tentara Mali, menurut juru bicara CMA Mohamed Elmaouloud Ramadane.
Kepergian yang tak terduga
Meningkatnya kekerasan telah menimbulkan kekhawatiran akan kebangkitan pemberontakan separatis di negara yang dilanda kerusuhan sejak 2012 ini.
CMA mencari kemerdekaan dari negara Mali dan menguasai sebagian besar wilayah utara.
Oleh karena itu, kepergian MINUSMA merupakan permintaan tak terduga dari Mali pada Juni, karena pasukan ini telah berada di sana selama satu dekade terakhir. Kehadiran mereka membantu menggagalkan pemberontakan separatis yang dipimpin oleh suku Tuareg melalui penandatanganan Kesepakatan Aljir 2015.
MINUSMA memiliki sekitar 11.600 tentara dan 1.500 polisi di negara itu. (haninmazaya/arrahmah.id)