Keimanan telah mengetuk hati nurani mereka yang paling dalam. Mereka pun menyambut kedatangannya dengan penuh cinta. Seperti seseorang yang telah lama menanti kedatangan tamu yang dinanti lalu mengatakan,”Sudah lama kami menantimu dengan penuh rindu.”
Kalimat-kalimat di atas adalah pembuka berita tentang sejumlah wanita yang memeluk Islam di Palestina. Orang-orang itu telah membuang lembar lama hidupnya yang telah mereka lewati tanpa kejelasan keyakinan dan keimanan. Mereka lalu datang kepada Islam dengan wajah penuh bahagia. “Saya sangat yakin bahwa saya dilahirkan untuk menjadi seorang muslimah,” demikian ungkap seorang perempuan asal Okrania yang bernama Erena dan tinggal di Palestina. “Nama saya sekarang Nur, Allah telah memuliakan saya dengan nikmat Islam.”
Tentang kisah masuk Islamnya, Nur sang muallaf, bercerita. “Saya dahulu tinggal di Okrania. Meski saya hidup di tengah lingkungan Nasrani tapi saya merasakan dalam hati bahwa saya adalah orang yang mencari kebenaran dari berbagai agama yang benar-benar saya yakini lahir dan batin. Saya bahkan kerap pergi ke sejumlah tempat ibadah dan sangat melelahkan hingga sakit, dalam pencarian itu. Di fase perkuliahan, seorang pemuda Muslim terkejut mendengar keinginan saya mencari agama yang benar. Ia lalu menikahi saya. Pemuda Muslim itu berasal dari Palestina, tepatnya, Ghaza….”
“Awalnya, keluargaku menolak aku menikah dengan seorang Muslim. Tapi saya tetap berkeras sampai akhirnya mereka setuju. Saya merasakan bahwa kehidupan saya benar-benar akan berubah. Setelah menikah, suamiku mengatakan,”Saya akan membiarkanmu menentukan pilihan sendiri untuk masuk Islam.” Saat kami sudah tinggal di Palestina, mulailah hidupku perlahan berubah. Dengan karunia Allah, suamiku ternyata seorang yang agamis. Saya banyak belajar bahasa Arab darinya. Dan itulah yang kemudian perlahan lahan mengantarkan saya meyakini Islam dan bahkan masuk Islam dengan penuh kesenangan.”
Soal alasan yang menjadikannya masuk Islam, Nur bercerita, ada beberapa peristiwa yang begitu mengesankan hatinya. “Ketika saya meminta suami untuk menerima tamu dan meminta izin dahulu kepada kami sebelum berkunjung, ini menegaskan pada saya bahwa Islam sejak dahulu telah memerintahkan soal perizinan.” Ia melanjutkan,” Ada lagi yang tak kalah mengesankan yakni ketika saya mendengar hadits Rasulullah saw yang menyebutkan bahwa ketika seorang suami menyuapi makanan ke mulut isterinya maka itu adalah shadaqah. Informasi itu membuat saya berpikir tentang agama mulia ini. Lalu suami saya berbicara tentang kenikmatan surga dan keindahannya, memberitahu banyak hal tentang kemukjizatan Al-Quran, sedikit demi sedikit sampai akhirnya saya sendiri yang ingin memeluk Islam. Dan setelah itu saya mengenakan pakaian yang diperintahkan Allah swt. Alhamdulillah atas nikmat iman ini.. ”
Selain Nur, adapula perempuan di Palestina yang memeluk Islam di bumi yang diberkahi Allah tersebut. Nama sebelumnya adalah Roxena asal Roma. Namun kini namanya berubah menjadi Fatimah Az Zahra. Ia bercerita tentang proses keIslamannya,”Saat aku kecil di Roma, saya sudah merasa tidak tenag pergi ke gereja dan melakukan sejumlah aktivitas ritual. Perasaan saya menjadi sempit khususnya ketika saya mendengar sejumlah informasi yang saya tidak mengerti artinya. Saya bertanya,”Kenapa kami diciptakan?” Apa tujuan hidup ini?” Dan ketika saya memeluk Islam, saya dapati semua jawaban yang saya pertanyakan itu yang tidak dapat dijawab oleh keyakinan Nasrani secara memuaskan.
Proses masuk Islamnya Fatimah berawal ketika ia menemukan sebuah kaset di mobilnya. Kaset itu ia dengarkan dan dengan kehendak Allah ternyata kaset itu berisi dialog antara tokoh Muslim terkenal asal India, Ahmad Deedat dengan tokoh Nasrani. Ahmad Deedat benar-benar mampu memberi jawaban meyakinkan atas semua pertanyaan yang diajukan tentang bukti kebenaran Al-Quran dengan lancar. Berbeda dengan pemuka Nasrani yang justru tidak mampu menjelaskan apa yang mereka yakini sendiri. Dari situlah saya mulai ingin mempelajari lebih banyak tentang Islam.” (na-str/iol/eramuslim)