Oleh Shintia
(Aktivis Muslimah)
Kolonisasi Zionis di Palestina terus berlanjut dan korban kembali berjatuhan. Siswa sekolah dasar yang tidak bersalah pun menjadi sasaran. Penghancuran sekolah dan banyaknya guru yang syahid pun membuat anak-anak Palestina tidak lagi memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan, infrastruktur, dan kurikulum yang layak.
Kementerian Pendidikan Palestina mengungkapkan, terkait pembunuhan di Gaza telah memakan korban anak usia sekolah hingga 11.057 jiwa dan lebih dari 16.897 lainnya telah terluka. Pada kalangan mahasiswa, sebanyak 681 orang terbunuh dan 1.468 orang lainnya luka-luka, dilansir dari www.detik.com, Jumat (1/11/2024).
Selain itu, pesawat tanpa awak milik Zionis menyerang sebuah klinik di Gaza utara, di saat anak-anak menerima vaksinasi polio telah melukai enam orang, termasuk empat anak-anak.
“Laporan mengenai serangan ini bahkan lebih meresahkan, karena Klinik Sheikh Radwan adalah salah satu pusat kesehatan di mana orang tua dapat memberikan vaksinasi kepada anak-anak mereka,” kata Rosalia Bollen, juru bicara UNICEF.
Kampanye vaksinasi polio ini bertujuan untuk menjangkau sekitar 119.000 anak di wilayah utara dengan dosis kedua vaksin polio oral. Namun pencapaian target ini sekarang tidak mungkin terjadi karena kendala akses. Sedangkan mereka mengatakan, 90 persen anak-anak di palestina harus divaksinasi untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Kampanye ini diluncurkan ketika ada kasus polio pertama dilaporkan di Gaza dalam 25 tahun terakhir. Dimana seorang anak laki-laki berusia 10 bulan, yang mengalami kelumpuhan pada kakinya. WHO mengatakan adanya kasus kelumpuhan ini mengindikasikan kemungkinan akan ada ratusan lainnya yang telah terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala.
Kehidupan anak-anak Palestina benar-benar terancam akibat ulah genosida yang dilakukan oleh entitas Yahudi. Masa kecil mereka harus melewati situasi konflik yang membuat kebutuhan dasar mereka sulit terealisasi. Sayang, dunia ini seolah-olah bungkam melihat semua ini. Ini benar-benar keji dan kejam.
Sementara itu, Amerika Serikat terus mendukung Zionis dalam upayanya menggulingkan Palestina. Keseriusan AS untuk membantu entitas Yahudi bukan sekedar tanpa alasan. Dilihat dalam sejarahnya, adanya entitas Yahudi di Palestina tidak lain itu adalah rencana besar AS di Timur Tengah.
Adapun upaya beberapa negara yang dipimpin oleh seorang muslim hanya bisa memberikan kecaman saja. Meskipun telah jelas bahwa kolonialisme itu tidak bisa diberantas hanya melalui kecaman semata. Semua ini telah menggambarkan bahwa kaum muslim telah gagal dalam memberikan bantuan yang nyata untuk Palestina.
Bahkan para penguasa muslim pun tetap tuli. Mereka seakan-akan buta dan tetap mati rasa ketika melihat sikap AS dan Yahudi yang bahu-membahu untuk pembantaian kaum muslim di Palestina. Disaat AS bergerak membantu Yahudi untuk memasok persenjataan, penguasa negeri muslim sama sekali tidak tergerak hatinya untuk memobilisasi pasukan militernya untuk berjihad membebaskan Palestina.
Ini adalah bentuk pengkhianatan mereka kepada umat Islam di Palestina. Padahal Rasulullah Saw. bersabda, mengibaratkan kaum muslim laksana satu tubuh. Beliau bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim).
Sungguh ironi, kaum muslim hanya bisa diam di tempat. Bungkam menyaksikan pembantaian saudara mereka sendiri di Palestina. Tidak merasa satu tubuh dengan kaum muslim di Palestina disebabkan terikat sekat geografis yaitu nation state. Nasionalisme yang ada menghasilkan hilangnya ikatan persaudaraan antar kaum muslim di dunia.
Inilah buah dari diterapkannya sistem sekuler kapitalis yang menghancurkan makna keimanan dan persaudaraan berdasarkan agama Islam. Sehingga pentingnya kita menyadarkan umat akan akar permasalahan dan solusi nyata untuk pembebasan bumi Palestina.
Umat Islam harus berupaya agar bersatu dan bangkit untuk menghancurkan paham nasionalisme yang mensekat-sekat negara kaum muslim. Umat pun harus menyadari bahwa mereka saat ini sedang dijajah secara pemikiran, sehingga harus dibangun bentuk kesadaran di tengah-tengah umat.
Selanjutnya, umat berjuang bersama untuk menegakkan daulah Khilafah yang secara nyata akan memberikan solusi yang nyata untuk membebaskan bumi Palestina. Dengan tegaknya daulah ini, khalifah akan menggerakkan pasukan militer kaum muslim, dan mengarahkan tank-tank tangguh umat Islam pada entitas Yahudi melalui seruan jihad fii sabilillah. Sungguh kebutuhan umat atas daulah Khilafah adalah perkara urgent dan mendasar untuk memerdekakan negeri-negeri muslim dari segala bentuk kolonialisme kaum kafir.
Dengan demikian, pembebasan Palestina berkaitan dengan tegaknya daulah Khilafah. Sejarah Palestina pun menunjukkan bahwa pendudukan Yahudi ini tidak akan terjadi ketika daulah Khilafah hadir ditengah-tengah kaum muslim dan melaksanakan tugasnya untuk melindungi negeri-negeri muslim.
Umat Islam pun tidak akan ikut dalam arahan Barat mengenai solusi krisis Palestina. Bahkan sebaliknya, umat Islam mampu menggagas sendiri solusi permasalahan Palestina dan tidak boleh adanya kompromi dengan para penjajah. Umat pun tidak boleh tunduk pada ketentuan penjajah. Sebab, semua itu hanyalah tipu daya mereka saja. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian mencari penerangan dari api kaum musyrik.” (HR Bukhari, Ahmad, dan An-Nasa’i). Hadis ini menerangkan pentingnya larangan bagi umat Islam untuk tidak mengadopsi solusi kaum kafir penjajah atas problematikanya.
Maka tsaqafah umat Islam akan terjaga dengan tegaknya daulah Khilafah dan membebaskan bentuk kolonialisme yang terjadi di negeri-negeri kaum muslim. Wallahu’alam bis shawab.