DEN HAAG (Arrahmah.id) – Sekelompok umat Islam melakukan protes di Den Haag pada Ahad (5/2/2023) untuk memprotes penodaan Al-Quran dan Islamofobia yang terjadi baru-baru ini.
Ratusan Muslim berbaris menuju alun-alun Koekamp sebagai bagian dari protes “hentikan kebencian anti-Muslim” yang diselenggarakan oleh Federasi Organisasi Islam (FIO) dan Asosiasi Organisasi Islam Wilayah Haaglanden (SIORH), lansir Anadolu.
Berkumpul di alun-alun, mereka meneriakkan slogan-slogan yang menentang penodaan terhadap kitab suci umat Islam, dan mengutuk tindakan Islamofobia.
Mereka juga melantunkan doa dan membacakan ayat-ayat Al-Quran.
Berbicara dalam demonstrasi tersebut, Tahsin Cetinkaya, kepala Yayasan Kebudayaan Islam Turki, mengatakan bahwa Islamofobia telah meningkat ke “tingkat yang baru” di Belanda.
“Muslim, Masjid dan lembaga-lembaga Islam lainnya telah menghadapi berbagai tindakan Islamofobia selama bertahun-tahun, termasuk pengiriman surat ancaman ke Masjid-masjid, penggantungan kepala babi di pintu-pintu Masjid dan pembakaran,” katanya.
Cetinkaya mencatat bahwa para pelaku tindakan-tindakan tersebut didorong oleh sikap diam dari para pejabat pemerintah.
“Sudah cukup. Berhentilah menyimpan dendam terhadap Muslim dan Islam,” katanya, seraya menekankan bahwa Muslim yang tinggal di Belanda juga merupakan bagian dari negara ini.
Rasmus Paludan, seorang politisi ekstremis Denmark-Swedia dan pemimpin partai sayap kanan Stram Kurs (Garis Keras), membakar sebuah salinan Al-Quran di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm pada 21 Januari lalu, dengan perlindungan polisi dan izin dari pihak berwenang Swedia.
Pekan berikutnya, ia membakar sebuah salinan kitab suci umat Islam di depan sebuah Masjid di Denmark dan mengatakan bahwa ia akan mengulangi aksinya setiap hari Jumat hingga Swedia bergabung dengan NATO.
Sementara itu, politisi sayap kanan Belanda Edwin Wagensveld, pemimpin kelompok Patriotik Eropa Menentang Islamisasi Barat (PEGIDA), merobek-robek Al-Quran sebelum membakarnya dalam sebuah demonstrasi anti-Islam di Enschede, Belanda, pada akhir Januari lalu.
Permohonan Swedia untuk bergabung dengan NATO
Swedia dan Finlandia secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO pada Mei lalu, sebuah keputusan yang dipicu oleh perang Rusia terhadap Ukraina.
Persetujuan bulat dari semua anggota NATO -termasuk Türki, yang telah menjadi anggota selama lebih dari 70 tahun- diperlukan agar anggota baru dapat diterima dalam aliansi ini.
Dalam sebuah memorandum yang ditandatangani Juni lalu antara Turki, Swedia dan Finlandia, kedua negara Nordik tersebut berjanji untuk mengambil langkah-langkah melawan teroris untuk mendapatkan keanggotaan dalam aliansi NATO.
Dalam memorandum tersebut, Swedia dan Finlandia sepakat untuk tidak memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok teroris seperti PKK dan cabang-cabangnya serta Organisasi Teroris Fetullah (FETO) dan mengekstradisi para tersangka teroris ke Türki, di antara langkah-langkah lainnya.
Türki mengatakan bahwa kedua negara, khususnya Swedia, perlu berbuat lebih banyak untuk memenuhi janji-janji mereka, terutama setelah demonstrasi yang dilakukan oleh para pendukung kelompok teror PKK baru-baru ini dan pembakaran Al-Quran di Stockholm.
(haninmazaya/arrahmah.id)