GAZA (Arrahmah.id) – Menteri Pertahanan ‘Israel’, Israel Katz, mengeluarkan ancaman keras terhadap warga Palestina di Gaza. Ia menuntut pembebasan semua tawanan ‘Israel’. Sebagai balasannya, ‘Israel’ akan mengusir warga Palestina asli dari Gaza. Jika tuntutan ini tidak dipenuhi, ia mengancam akan menggunakan kekuatan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Ini peringatan terakhir Anda,” tegas Katz. Ia mengklaim bahwa pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah menghancurkan Gaza dan memperingatkan akan adanya konsekuensi yang lebih berat. “Serangan Angkatan Udara ‘Israel’ hanyalah langkah pertama, dan Anda akan menanggung akibatnya sepenuhnya,” katanya.
Katz juga mendukung usulan Trump mengenai pembersihan etnis, dengan menjanjikan “relokasi” kepada penduduk asli Palestina.
“Ikuti saran Presiden AS”, katanya. “Kembalikan para sandera dan usir Hamas, maka pilihan baru akan terbuka bagi Anda—termasuk relokasi ke bagian lain dunia bagi mereka yang memilih. Alternatifnya adalah kehancuran dan kehancuran total.”
Sejak Selasa pagi (18/3), serangan udara ‘Israel’ telah menewaskan lebih dari 400 warga Palestina dan melukai ratusan lainnya. Serangan Israel tersebut menandai gagalnya kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang telah dimulai pada 19 Januari 2025. Tahap pertama berakhir pada 1 Maret 2025, tetapi Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu menolak untuk melanjutkan tahap kedua.
Netanyahu, yang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional, berusaha membebaskan lebih banyak tawanan ‘Israel’ tanpa memenuhi komitmen ‘Israel’, termasuk mengakhiri perang dan menarik diri dari Gaza. Hamas bersikeras untuk melaksanakan perjanjian penuh.
Sejak 7 Oktober 2023, operasi militer ‘Israel’ yang didukung oleh Amerika Serikat telah menewaskan dan melukai lebih dari 161.000 warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Lebih dari 14.000 orang masih hilang di bawah reruntuhan. (zarahamala/arrahmah.id)