Oleh: Ustadz Irfan S. Awwas
Arrahmah.id) – Sepanjang sejarah, kebencian terhadap Islam dan umat Islam sudah menjadi budaya penguasa zalim, baik dia muslim atau kafir. Mengapa? Karena Islamlah satu-satunya agama yang orisinil membawa misi Ilahiyah, yaitu kebajikan dan keadilan.
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
“Sungguh Allah menyuruh manusia supaya berbuat adil dan kebajikan, memberikan pertolongan kepada kaum kerabat, dan mencegah segala perbuatan kotor, mungkar dan zhalim. Allah telah memberikan nasehat kepada kalian agar kalian mau taat kepada-Nya.” (QS An-Nahl (16) : 90)
Siapakah penguasa zalim itu?
Imam Al Ghazali membuat kategorisasi prihal penguasa zalim, yaitu: (1). Penguasa yang Zalim terhadap kehormatan dan hak-hak manusia; (2). Penguasa yang Zalim terhadap harta benda rakyat; (3). Penguasa yang Zalim terhadap jiwa rakyat.
Ancaman Allah SWT terhadap penguasa zalim.
اِنَّمَا السَّبِيْلُ عَلَى الَّذِيْنَ يَظْلِمُوْنَ النَّاسَ وَيَبْغُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
“Orang-orang yang melanggar hak orang lain dengan cara zhalim dan permusuhan di muka bumi, mereka itulah yang dikenai hukuman. Mereka itu kelak akan mendapatkan adzab yang pedih di akhirat.” (QS Asy-Syura (42) : 42)
وَكَذٰلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًاۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Begitulah ketetapan Kami bagi orang-orang yang berbuat zhalim. Orang-orang zhalim itu saling tolong menolong dalam berbuat dosa. (QS Al-An’am (6) : 129)
Ayat di atas adalah dalil yang menunjukkan jika rakyat suatu negara itu zalim (baca: gemar maksiat, korupsi dll) maka Allah akan mengangkat untuk mereka penguasa yang zalim semisal mereka. Jika mereka ingin terbebas dari kezaliman penguasa yang zalim maka hendaknya mereka juga meninggalkan kemaksiatan yang mereka lakukan.
Seorang Guru Besar Studi Islam di Universitas Georgetown, Amerika Serikat, Prof. John L. Esposito mengatakan: “Isu gerakan radikalisme agama merupakan ‘taman bermain’ bagi intelijen dan ini membahayakan masa depan agama.”
Pernyataan Esposito bisa jadi benar. Menurut Karen Armstrong dalam The Batlle for God: Lewat badan intelijen, negara-negara di dunia sering menggunakan ‘isu agama’ sebagai instrumen untuk memainkan kepentingan mereka.
Di Indonesia, hal teraneh yang terus-terusan di framing oleh kaum komunis yang menyamar sebagai Nasionalis adalah, “Islam itu agama import… ?
Namun mereka diskriminatif, karena agama lain seperti Kristen atau Katholik yang jelas-jelas membawa misi 3G, yakni Gold (mencari kekayaan dengan berdagang), Glory (mencari kejayaan dengan meluaskan daerah jajahan), dan Gospel (menyebarkan agama Nasrani).
Dalam sejarah, terdapat 4 bangsa Eropa yang pernah datang ke Nusantara dengan tujuan tersebut, yakni Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Tapi tidak pernah disinggung sebagai agama import.
Demikian juga Budha, Hindu atau kong Hu Chu. Tidak ada label import bagi agama lain. Tidak ada istilah jangan ke roma- roma-an, jangan ke Tibet-tibetan, jangan ke India-indiaan, jangan ke China chinaan.
Yang getol digaungkan hanya : jangan ke arab-araban. Inilah komunis yang bersekongkol dengan munafikin lokal.
Mereka juga intoleran
dalam hal pakaian muslimah. Hanya umat Islam yang jadi bahan olok olok, terkait jilbab, cadar. Padahal umat Islam tidak mempermasalhkan pakaian apa yang harus dikenakan oleh agama lain. Mau Yoe can see atau tank top.
Dalam hal makanan, ketika umat Islam ingin ada label halal direstaurant restaurant untuk mudah mengidentifikasi, maka kompak para pembenci Islam mengatakan Islam ingin diistimewakan.
Begitulah, mereka ingin menghancurkan peradaban Islam dengan cara rasis dan intoleran.
Segala kejahatan kaum Islamofobia, kafir, musyrik, dipelihara dan difasilitasi oleh penguasa zalim.
اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْ ۗاِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ
“Fir’aun telah berlaku sangat zhalim di negerinya. Dia telah menjadikan rakyatnya terpecah-belah saling bermusuhan. Fir’aun menindas sebagian rakyatnya, menyembelih anak-anak laki-laki mereka, dan membiarkan perempuan-perempuan mereka hidup terhina. Sungguh dia termasuk orang-orang yang melakukan kerusakan di negerinya.” (QS Al-Qashash (28) : 4)
Yogyakarta, 20/2/2024
(*/arrahmah.id)