MAKKAH (Arrahmah.com) – Demam Selfie telah melanda sebagian para jamaah haji dalam beberapa hari. Mereka berfoto ria dengan pose sambil berdoa di beberapa tempat suci. Mereka merekam diri mereka yang sedang berjalan di sekitar Ka’bah, mencium Hajar Aswad, duduk di dekat gunung Safa atau Marwa atau berdiri di dekat kubah hijau masjid Nabawi.
Banyak para ulama dan para jamaah lain yang kecewa dan mengecam perilaku selfie berlebihan dari para jamaah.
“Di Madinah, saya melihat sebuah keluarga sedang menghadap matahari, mengangkat tangan mereka seolah-olah mereka sedang berdoa. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan. Tapi kemudian saya melihat seseorang di depan mereka mengambil foto mereka,” kata Zahra Muhammad, (27), seorang guru Agama Islam di Riyadh, sebagaimana dilansir oleh Arab News, Rabu (1/9/2014).
“Saya telah melihat para jamaah di Masjid Al-Haram berfoto selfie dengan berlatar belakang Ka’bah dan foto selfie ini kemudian diposting di Facebook membuatnya menjadi pembicaraan di media sosial dan merusak nilai ibadah dengan perilaku pamer itu, tambahnya.
Dorongan untuk mendokumentasikan setiap gerakan mereka di masjid-masjid suci di Makkah dan Madinah, dan berbagi momen berharga dengan teman dan keluarga di media sosial telah menyebabkan sebagian jamaah menggunakan ponsel mereka di masjid-masjid suci itu ketimbang mereka gunakan untuk hal lain.
Banyak yang meyakini bahwa perilaku seperti itu dapat menjadi pencegah untuk mencapai kekhusyu’an dan ketenangan saat melakukan ibadah.
Seorang ulama yang berbasis di Jeddah, Sheikh Assim Al-Hakeem, mengatakan: “Berfoto tanpa alasan yang sah masih menjadi perdebatan di kalangan para ulama. Namun, meskipun terjadi perbedaan pendapat, tidak boleh ada perselisihan apapun dalam arti dan esensi di balik dari pelaksanaan ibadah haji. Hal ini didasarkan pada ketulusan dan mengikuti sunnah. Nabi (saw) ketika beliau menunaikan ibadah haji, beliau berdoa: Ya Allah, saya memohon kepada-Mu haji yang tidak mengandung kesombongan atau pamer. Mengambil foto selfies dan video tersebut tentu bertentangan dengan keinginan Nabi kami.”
Ulama terkenal Sheikh Abdul Razzaq Al-Badr memperingatkan terhadap perilaku jamaah yang suka berfoto ria selama menunaikan ibadah haji. Ia mengatakan: “Ketika Nabi (saw) mencapai Miqaat ia akan berkata: Ya Allah jadikanlah haji ini tanpa riya (pamer) dan tanpa berusaha untuk didengar orang. permohonan ini beliau ucapkan di Miqaat. Dan setelah melakukan permohonan ini diikuti dengan tindakan dan berjuang untuk melawan hawa nafsu. Tapi sekarang di Miqaat banyak orang yang mengambil gambar sebagai kenang-kenangan. Mereka berfoto pada saat tawaf, wukuf di Arafah, dan saat sedang melempar jumrah.”
“Seolah-olah tujuan dari perjalanan ini hanyalah untuk berfoto, bukan beribadah. Dan ketika mereka kembali ke rumah mereka berkata: ‘Ayo lihatlah saya, ini saya di Arafat, ini saya di Muzdalifah! Dan kami telah melihat beberapa orang ketika mereka siap untuk mengambil foto mereka mengangkat tangan mereka dengan pose sedang berdoa dengan khusyu’. Dan kemudian setelah mereka selesai berfoto mereka menurunkan tangan mereka, katanya.
Tren foto selfie memang sedang hangat saat ini dan marak di kalangan para artis atau selebritis. Namun, seperti yang telah disaksikan dalam beberapa hari terakhir, tampaknya para jamaah yang sedang menunaikan inadah haji pun tidak mau ketinggalan dalam mengikuti tren dunia, bahkan jika perilaku mereka bertentangan dengan apa yang dianjurkan oleh Nabi.
Booming mendadak selfies dan pemotretan di di beberapa tempat suci juga sebagian bersar akibat peningkatan penjualan dan penggunaan smartphone.
Sampai beberapa tahun yang lalu, ponsel kamera dilarang dibawa ke dalam masjid suci, meskipun beberapa jamaah haji berhasil lolos dengan membawa kamera.
Namun, pihak berwenang tampaknya tidak terlalu ketat dalam memberlakukan pelarangan ini karena tidak jarang terlihat banyak jamaah yang berpose dengan latar belakang Ka’bah, dan berfoto ria dengan senang hati, meskipun penjaga di pintu masuk masjid telah memberitahukan bahwa orang-orang dilarang membawa kamera memasuki masjid.
“Saya sedang shalat Jum’at di Masjid Al-Haram tapi beberapa orang terus datang ke depan saya untuk merekam khutbah dengan kamera mereka. Kira-kira apa yang terjadi pada kekhusyu’an seseorang dalam situasi seperti ini,” kata Ahmad, salah seorang warga asing yang tinggal di Jeddah yang menuaikan ibadah haji tahun ini.
“Jumlah orang yang pernah kulihat membawa kamera di dalam Masjid Haram mungkin berjumlah ribuan selama umrah tahun lalu, dan begitu banyak orang memiliki ponsel kamera, itu adalah endemik yang tidak mudah untuk dihentikan,” tambahnya.
Ahmad menegaskan bahwa para ketua rombongan jamaah haji harus menginformasikan kepada anggota kelompok mereka terkait penggunaan kamera yang berlebihan agar tidak mengganggu diri sendiri dan orang lain dari tujuan utama untuk mencapai haji mabrur.
(ameera/arrahmah.com)