SANA’A (Arrahmah.com) – Jumlah kasus kolera di Yaman telah mencapai angka 100.000, ujar laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebanyak 798 kematian terkait dengan penyakit ini telah tercatat di 19 dari 22 provinsi sejak 27 April, lansir BBC pada Kamis (8/6/2017).
Badan amal Oxfam mengatakan epidemi tersebut menewaskan satu orang hampir setiap jamnya.
Sistem kesehatan, air dan sanitasi telah hancur setelah dua tahun perang antara pasukan pemerintah dengan milisi Syiah Houtsi.
Kolera adalah infeksi diare akut yang dibebaskan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholera.
Sebagian besar dari mereka yang terinfeksi tidak memiliki gejala ringan, namun pada kasus yang parah, penyakit ini bisa membunuh dalam beberapa jam jika tidak diobati.
Pada Rabu (7/6), kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa epidemi di Yaman adalah skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam empat minggu terakhir, jumlah kematian tersebut tiga kali lebih tinggi dari yang dilaporkan antara Oktober 2016 hingga Maret 2017.
Di Sana’a, telah menyaksikan jumlah kasus tertinggi, dan telah diumumkan keadaan darurat pada 14 Mei.
Lebih dari setengah fasilitas kesehatan negara tidak berfungsi lagi, hampir 300 telah rusak atau hancur dalam pertempuran. Pekerja kesehatan dan sanitasi belum dibayar hingga delapan bulan. Hanya 30 persen dari pasokan medis yang dibutuhkan telah diimpor ke negara tersebut. Sampah menggunung di kota-kota dan lebih dari 8 juta orang kekurangan akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi yang layak.
OCHA memperingatkan bahwa resiko penyebaran epidemi akan meningkat pada musim hujan, kerawanan pangan dan kekurangan gizi juga akan meluas. (haninmazaya/arrahmah.com)