(Arrahmah.com) – Tersebutlah Abu Ahmad Ressim, Jenderal perang Mujahidin nan gagah berani.Saking gagahnya, tak ada baku tembak di Jabal Turkman yang tidak menyertakan beliau. Minimal namanya disebut ketika Mujahidin kelompok manapun butuh bantuan.
Ya, Abu Ahmad Ressim kala itu macam Shahabat Khalid ibn Waled, yang AlhamdulIllah selalu berhasil meloloskan Mujahidin dalam kondisi kepepet seberat apapun! Ratusan Mujahidin dari berbagai kelompok mematuhi beliau. Kata-katanya adalah perintah. Tatapannya serupa elang, Menembus jarak dan waktu. Dan strateginya seratus persen masyaAllah selalu berhasil!
Bertahun-tahun pos beliau tak tertembus musuh, padahal lokasinya yang paling vital diantara yang paling vital. Paling berbahaya di antara yang paling berbahaya. Bahkan yang paling depan di antara yang terdepan! Saking depannya, pernah satu kali seorang Mujahidin bertatapan mata dengan seorang tentara Nushairiyah di pos seberang! Ini bukan cerita lebay, karena tadi nongkrongin pos beliau, yang mana itu bekas pos musuh memang keliatan lubang anginnya!
Ketika itu, Abu Ahmad Ressim adalah legenda hidup Jabal Turkman bertahun-tahun. Abu Ahmad bersama keluarga tinggal di rumah berdekatan pos Mujahidin. Anak istri serta ibunda beliau mengalami sendiri pahit getir ledakan dan sliweran peluru yang menyasar pos Abu Ahmad. Mereka terus mendukung lelaki kebanggaan ummat itu. Sampai akhirnya musuh makin menggila, dan mereka harus diungsikan, pagi buta sekeluarga siap berangkat mengungsi, semua pakaian dan perabotan yang bisa diangkut, diangkutlah ke rumah baru. Bukan rumah baru sebenarnya, tapi rumah tua yang kosong ditinggal sejak lama.
Pagi itu seisi rumah siap pergi, Menempuh hidup baru di pengungsian…
…Kecuali ibunda Abu Ahmad dengan alasan apapun ia enggan berpisah dengan anaknya, yang meski sudah jadi jenderal, tetaplah putra kecil kesayangan. “Ibu tidak akan meninggalkanmu nak. Apapun yang terjadi ibu InsyaAllah bersamamu. Menunggumu di rumah ini, menyiapkan makan malam untukmu dan pasukanmu Kecuali engkau keberatan, maka ibu akan pergi. Tapi bila tidak, Ibu tetap di sini. Di rumah kesayangan Allah Yarham ayahmu ini…”
Abu Ahmad bimbang.
“Tapi bu, aku kuatir keselamatanmu…”
Lalu jawaban pamungkas ibunya tercinta menutup perdebatan kecil pagi itu, “Sejak gadis ibu dibawa mendiang ayahmu ke sini, Menjalani suka duka berdua. Lalu lahir engkau dan saudara-saudaramu. Kami membesarkan kalian di sini. Mendidikmu hingga AlhamdulIllah seperti sekarang ini. Terlalu banyak kenangan tertinggal di sini. Bahkan ayahmu meninggal di kamar ini. Ibu ingin menghabiskan umur di sini kalau engkau ijinkan nak…”
Tak kuasa menahan haru, Abu Ahmad memeluk ibunya. Segera mereka berdua akan menghadapi semuanya bersama. Sang ibu yang dulu seijin Allah melindungi sejak kecil, kini InsyaAllah akan melindungi anaknya lagi. Minimal dari petaka kesepian di saat damai.
Tapi tidak begitu dengan anak dan istri Abu Ahmad. Ia paksa mereka mengungsi. Putra tunggalnya harus meneruskan perjuangan nanti. Generasi ini butuh banyak lelaki untuk menjadi pasukan Imam Mahdi!
Berbulan-bulan kemudian anak beranak yang luar biasa itu bersama menjalani kehidupan di garis depan. Bila malam tiba dan Abu Ahmad datang, air panas telah disiapkan. Setelah ia mandi serta bersih-bersih badan keduanya makan malam, Berdua saja. Sang putra bercerita apa saja, Segala curhat segala suka duka dibaginya. Mulai perang yang sulit dan menguras tenaga, sampai anggota yang sibuk mencari tempat BAB pas baku tembak sengit sedang berkecamuk!
Kebiasaan mulia Abu Ahmad adalah membawakan oleh-oleh sebisa-bisa. Ada apel sebiji ya itu sudah apel sebiji. Ada pisang setandan ya itu sudah pisang setandan. Bahkan pernah Abu Ahmad membawakan sebungkus roti murahan karena hanya itu yang ada. Pokoknya pulang ga boleh tangan kosong!
Dan yang mengharukan, seorang ibu tetaplah ibu. Apapun pemberian anaknya, Itulah hadiah terindah. Diterimanya apapun oleh-oleh Abu Ahmad dengan suka cita. Doa-doa sepenuh hati terlantun dari lubuk hati, ditambah senyum manis yang memuliakan putra kebanggaan, menerima dengan ikhlas kesulitan sang putra yang berusaha membahagiakan sebisa-bisa.
Suatu pagi, pasukan bantuan Syiah Nushairiah berbondong-bondong memasuki pos terakhir mereka yang berhadapan dengan pos Abu Ahmad. Sejak semalam Abu Ahmad tidak pulang. Perang hebat dan ramai arus Mujahidin menyibukkan beliau sesibuk-sibuknya. Bahkan untuk pulang makan malam saja tidak sempat. Padahal beliau tahu sang ibu pasti telah menyiapkan makan malam. Jadi begitu ada waktu luang, segera Abu Ahmad pulang ke rumah, memohon maaf pada ibu atas keterlambatan semalam. Pengawalnya disuruh menunggu di rumah. Sebelum melangkah masuk, Abu Ahmad nyeletuk, “Ibuku ingin aku hidup mati bersamanya…” Di dalam rumah, mereka berdua segera menyantap hidangan semalam yang dipanaskan lagi. Keduanya menyantap dengan lahap seolah itu makan terakhir.
Tiga jam berlalu di pos Mujahidin. Abu Nushrah yang menunggu perintah dari sahabat akrab sekaligus komandannya itu bingung. Kok Abu Ahmad tidak kunjung kembali? Kesal menunggu, Beliau bertanya pada beberapa orang yang tengah berlari tergesa-gesa mendatangi. Belum sempat Abu Nushrah bertanya, dengan tergopoh-gopoh mereka mengabarkan “Rumah Abu Ahmad diroket MiG !!!”
Ketika reruntuhan bangunan diangkat, di bawah puing-puing rumah, Abu Ahmad dan ibunya tergeletak berdampingan. Tangan keduanya saling bergenggaman. Posisi kedua jenazah ditemukan sedang bertatapan. Dari bibir ibu dan anak itu tersungging senyum indah.
Allah mengabulkan kesabaran Abu Ahmad, Dan mengekalkan kasih sayang sang Ibu. Sejak anaknya lahir hingga wafat, sang ibu selalu menyertai…
Subhanallah….
Kekejaman Rezim Syiah Nushairiyah sejak Revolusi Suriah yang dimulai pada 15 Maret 2011 telah mengakibatkan 300.000 korban jiwa di pihak Muslimin, lebih dari 10 juta Muslimin hidup terlunta-lunta, dan puluhan ribu anak-anak Suriah cacat kaki dan tangan permanen akibat bom rezim Syiah.
Belasan kota dan desa Muslimin Suriah, seperti Homs, Aleppo, Idlib, Dar’a, Douma, Ghouthah, telah hancur lebur dijatuhi bom birmil oleh rezim Syiah. Musibah yang dialami Muslimin Suriah adalah musibah umat Islam dan musibah kemanusiaan terbesar abad ini.
Tulisan ini disampaikan Emir Misi Medis Suriah, Fathi Yazid Attamimi langsung dari Suriah. Sejak awal perjuangan Muslimin Suriah, Misi Medis Suriah telah hadir memberikan yang terbaik dari Muslimin Indonesia untuk Muslimin Suriah. Kini Misi Medis Suriah antara lain mengoperasikan dua pabrik roti untuk membantu perjuangan Muslimin Suriah. Roti ini dibagikan gratis kepada sekitar 3000 Muslimin Suriah setiap hari. Coin4Syam sendiri adalah gerakan pengumpulan dana infaq Muslimin Indonesia untuk Muslimin Suriah. Coin4Syam bergerak sejak Juni 2015, di mana dana yang terkumpul disalurkan via Misi Medis Suriah untuk Muslimin Suriah. Infromasi donasi dapat didapatkan melalui link berikut: https://web.facebook.com/Coin4Syam/timeline .
(adibahasan/arrahmah.com)