Oleh Umar Syarifudin (pengamat politik Internasional)
(Arrahmah.com) – Rakyat Kashmir masih bergolak, baku-tembak sengit antara gerilyawan dan tentara India berkecamuk, yang terbaru adalah pada Sabtu (4/3/17) di daerah bergolak Kashmir yang dikuasai India. Baku-tembak meletus di Desa Tral di Kabupaten Pulwama, sekitar 42 kilometer di sebelah selatan Kota Srinagar, Ibu Kota Musim Panas Kashmir-India. Penderitaan yang dialami oleh Muslim Kashmir sejak pendudukan India 27 Oktober 1947 belum selesai. Pelbagai persoalan meliputi perlakuan politik, pemerataan ekonomi, krisis sosial, dan budaya masih menjadi menu sehari-hari warga Kashmir.
Geo-politik
Kashmir adalah wilayah dengan luas sekitar 217.935 km2, yang dikelilingi oleh Pakistan, India, Cina dan Afganistan. Penduduknya adalah 12 juta jiwa; 85% dari mereka adalah Muslim, sisanya 15% adalah dari sekte-sekte lainnya, seperti Hindu, Sikhs dan Buddha. Para Penakluk Muslim menyebut Kashmir sebagai langit-langit dunia atau kebun Allah di muka bumi karena iklim yang baik, hutan-hutan yang luas dan sumber daya dan di dalamnya ada puncak gunung tertinggi di dunia (Himalaya). Kashmir adalah sebuah negeri yang kaya akan perairan dan sungai-sungai, karena ia memiliki sungai-sungai Sind, Jhelum dan Chenab. Kebanyakan dari tanah negeri itu ada pada sekitar 1.200 m di atas permukaan laut. Ini adalah negeri tempat perlintasan Jalan Sutra (Silk Road) yang terkenal, dan negeri ini adalah satu-satunya penghubung dengan Cina dan Pakistan. Pada tahun 1983, permata safir dan rubi ditemukan di sana, suatu hal yang meningkatkan keteguhan India untuk menduduki negeri itu dan mendominasi terus menerus Kashmir.
Kashmir dibagi menjadi dua bagian. Sebagian dibawah kendali Pakistan dan sebagian lainnya dikuasai India. Pakistan dan PBB sebenarnya telah mengakui hak penduduk Kashmir untuk menentukan nasib dirinya sendiri, namun opsi ini ditentang oleh New Delhi. Konflik terus berkecamuk di Kashmir. Dan sekarang mesti terbelah masuk ke dalam tiga negara. Pakistan menguasai barat laut Kashmir, India mengontrol tengah dan bagian selatan Jammu dan Kashmir, dan Cina yang menduduki timur laut (Aksai Chin). Meskipun wilayah ini dalam prakteknya diatur oleh ketiga negara tersebut, India tidak pernah mengakui kuasa Pakistan dan Cina. Sebaliknya, Pakistan pun memandang seluruh wilayah Kashmir sebagai milik sahnya dan tak mengakui India.
Ada empat nilai strategis Kashmir. Pertama, terkait letak geografis. Kashmir merupakan tempat yang sangat cocok untuk benteng pertahanan karena lokasinya yang terlindung oleh gunung. Begitu strategisnya wilayah ini, sehingga pada abad ke-19 pernah jadi rebutan antara imperium Rusia dan Inggris.
Secara ekonomis Kashmir memiliki sumber mata air sungai seperti sungai Indus, Jhelum, dan Chenap yang sangat berarti bagi India dan Pakistan untuk keperluan irigasi dan konsumsi rakyat kedua negara tersebut. Ketiga, kepemilikan, Wilayah Kashmir yang diklaim oleh dua negara, India dan Pakistan, telah membawa dampak munculnya perebutan atas wilayah Kashmir antara India dan Pakistan. Keempat, faktor Ideologis, mengingat perasaan kuat untuk kembali kepada Islam dan puncaknya, jihad, diantara kalangan Muslim Kashmir dan Pakistan dan posisi genting rezim demi rezim Pakistan, maka Amerika Serikat tidak mengijinkan Kashmir merdeka.
Warga Muslim Kashmir yang diduduki India terus-menerus melakukan perlawanan sejak 27 tahun untuk mendapatkan kemerdekaan. Dan selama bertahun-tahun perjuangan itu lebih dari 47.000 warga Muslim Kashmir telah syahid dibantai oleh pendudukan India. Para pemuda di Kashmir terus-menerus melakukan intifadhah melawan pendudukan India.
Peristiwa demi peristiwa
Bertahun-tahun, kaum Muslim Kashmir menderita di bawah penindasan pemerintah India. Sebelumnya tanah India berada dalam kedamaian di bawah kekuasaan Islam hingga akhirnya penjajah Inggris memecah belah negeri tersebut. Sejak Khilafah Islamiyyah dibubarkan, derita umat di berbagai negeri termasuk India terus terjadi. Kaum Muslim Kashmir, terus menderita hingga kini. Sementara negeri-negeri Muslim lainnya masih berdiam diri. Padahal, sudah lama kaum Muslim di India sejahtera berada di bawah kekuasaan Khilafah. Batasan semu nasionalisme menjadikan kaum Muslim terpecah belah dan hidup dalam derita. Tangisan muslim Kashmir kembali memanggil tentara kaum Muslim di seluruh dunia untuk membebaskan mereka dari cengkraman kedzaliman India.
Sejak tahun 2003, gencatan senjata antara kedua negara yang memiliki senjata nuklir itu kerap terjadi. Meskipun pertempuran itu kecil, tetapi rutin terjadi setiap musim panas. Kedua belah pihak secara rutin menyalahkan yang lain karena memulai pertempuran dan bersikeras hanya membalas. India dan Pakistan terlibat dalam dua dari tiga peperangan sejak tahun 1947 atas klaim mereka atas wilayah Kashmir. Sejak 1947, mereka telah memerintah setiap bagian wilayah yang mereka dapati.
India menuduh Pakistan membantu gerilyawan anti-India. Pakistan dengan kukuh menyangkal hal ini, dan mengatakan mereka hanya menawarkan dukungan moral dan diplomatik bagi kelompok militan dan penduduk Kashmir yang menentang kekuasaan India.
Ironis, ketika menyaksikan penguasa Pakistan berkhianat pada keinginan muslim Kashmir, tidak bergegas melakukan pembebasan, padahal warga Kashmir tahun 1989 ketika warga Kashmir melakukan perlawanan terhadap militer pendudukan India dan mengorbankan ratusan ribu syuhada dan mereka sudah berada di ambang pembebasan Kashmir. Akan tetapi, para penguasa Pakistan menarik militer Pakistan dari pegunungan Karghil. Ini disebabkan penguasa Pakistan tidak bersedia menentang rencana Amerika di Kashmir. Pakistan menginginkan keterlibatan Washington dalam menyelesaikan masalah Kashmir sebagai imbalan atas bantuannya kepada Amerika Serikat di Afghanistan
Secara historis, Islam masuk ke Kashmir di bawah pimpinan Muhammad ibn Al-Qasim yang menyebarkan Islam ke seluruh anak benua India semasa Khilafah Abbasid, dan berkuasa di sana hingga pertengahan abad ke 19. Inggris menginvasi anak benua India di tahun 1819 dan mendapatkan perlawanan yang luar biasa dari muslim. Di tahun 1846, Inggris menguasai India secara militer dengan bantuan pemeluk Hindu, Sikh, dan Buddha.
Inggris lalu menyewakan Kashmir ke kekuasaan feodal Hindu selama 100 tahun di bawah perjanjian Amritsar. Setelah anak benua dipecah pada tahun 1947, para penguasa feodal Hindu menyerahkan Kashmir ke India yang memicu serangkaian peperangan, akibatnya dua pertiga Kashmir jatuh ke India, dan sepertiganya dikuasai Pakistan. Sejak dijajah Hindu, umat muslim dibantai, dipenjara, diperkosa dan rumah ibadahnya dihancurkan. Di saat yang sama penguasa Pakistan tidak banyak bicara dan membiarkan begitu saja nasib muslim di Kashmir. Ini semua memperparah penderitaan umat Islam di Kashmir.
India masih terus melakukan tindakan yang liar atas Kashmir, sambil mengulangi retorika terorisme dan teroris, sehingga menciptakan ketidakjelasan atas masalah tersebut. Negeri itu ingin agar orang berpikir bahwa Kashmir adalah milik orang Hindu, dan karena itu seharusnya berada di bawah kekuasaan mereka. Tindakan balasan kaum Muslim di Kashmir atas agresi yang dilakukan India itu, dalam pandangan mereka, dianggap sebagai pemberontakan terhadap negara India, yang memiliki kekuasaan untuk menghancurkan mereka. Dengan demikian, mereka ingin memberikan pencitraan yang salah atas masalah itu. Dalam kenyataannya, Kashmir adalah tanah kaum Muslim; bahkan seluruh India merupakan tanah kaum Muslim, yang ditaklukkan kaum Muslim dan mendapatkan cahaya setelah hidup dalam kegelapan. Otoritas Islam di sana berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-19 ketika Inggris menyerang India dan melakukan pembunuhan massal dan pelanggaran HAM dan penghancuran alam.
Dalam kenyataannya Kashmir adalah tanah Islam, yang ditaklukkan Muslim dan Islam memasukinya di akhir abad pertama Hijriah. Islam datang dengan penaklukkan Sind dan Hind di tangan seorang Jendral Muslim, Muhammad al-Qasim, yang dimulai pada tahun 94 H (712 M). Islam kemudian tersebar di sana dan pada sebagian wilayah anak benua India pada zaman Khalifah Abbasid, al-Mu ‘tasim, 218-225 H (833-839 M). Otoritas Islam berlanjut dan seluruh anak benua itu, yang kini dikenal sebagai India, Pakistan, Bangladesh dan Kashmir adalah bagian darinya.
Sesungguhnya…
Kashmir merupakan tanah Islam, termasuk seluruh wilayah India. Karena Khilafah Islam telah menaklukkan wilayah itu dalam abad pertama hijriah, maka negeri itu dapat membawa Kashmir kembali dalam otoritas Islam dan anak benua India. Negara itu juga dapat menghapus penindasan, kesewenang-wenangan dan tindakan kejam dari orang Hindu dan pengikutnya terhadap kaum Muslim. Muslim di anak benua India mampu untuk melakukannya.
Sesungguhnya hanya Khilafah lah satu-satunya yang akan mampu melenyapkan hegemoni imperialisme Amerika dari Pakistan, Kashmir, India. Hanya Khilafah-lah yang akan sanggup mengangkat cengkeraman kekuatan barat di dalam berbagai urusan dalam negeri kaum Muslim. Khilafah lah yang akan menjatuhkan sanksi terhadap penyerangan-penyerangan oleh kaum kafir. Khilafah-lah yang akan merealisasikan keadilan bagi kaum Muslim sebagaimana yang sudah direalisasikan selama berabad-abad.
Khilafah yang akan menjamin bagi masyarakat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok mereka tanpa membedakan warna kulit, ras, dan agama. Khilafah jugalah yang akan mewujudkan penguasaan Islam atas semua agama di seluruh muka bumi. Ketika itu matahari Islam pun bersinar, pada waktu itu Allah memenangkan Islam dan menghinakan kekufuran dan antek-anteknya. Sehingga obor kebaikan menyala, berkibarnya dengan tinggi bendera Khilafah, bendera la ilaha illa Allah, Muhammadun Rasulullah.
(*/arrahmah.com)