JAKARTA (Arrahmah.com) – Pembawa acara Indonesia lawyers Club (ILC), Karni Ilyas turut angkat suara terkait pernyataan Mahfud MD tentang Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
Sebelumnya, Said Didu meminta penjelasan kepada Mahfud MD yang menyebut daerah yang dimenangkan pasangan capres-cawapres nomer urut 02 Prabowo-Sandi dulunya dianggap “Provinsi Garis Keras”.
“Mohon maaf prof @mohmahfudmd, saya berasal dari Sulsel, mhn jelaskan indikator yg prof gunakan sehingga menuduh orang Sulsel adalah orang2 garis keras agar jadi bahan pertimbangan kami. Kami orang Sulsel memang punya prinsip SIRI utk menjaga kehormatan. Inikah yg dianggap keras ?” tulis Said Didu, di akun twitternya, Sabtu (27/4/2019).
Kemudian Mahfud MD menjawab pertanyaan tersebut dengan tweet yang cukup panjang.
“Garis keras itu sama dgn fanatik dan sama dgn kesetiaan yg tinggi. Itu bkn hal yg dilarang, itu term politik. Sama halnya dgn garis moderat, itu bkn hal yg haram. Dua2nya boleh dan kita bs memilih yg mana pun. Sama dgn bilang Jokowi menang di daerah PDIP, Prabowo di daerah hijau.
Dlm term itu sy jg berasal dari daerah garis keras yi Madura. Madura itu sama dgn Aceh dan Bugis, disebut fanatik krn tingginya kesetiaan kpd Islam shg sulit ditaklukkan. Spt halnya konservatif, progresif, garis moderat, garis keras adl istilah2 yg biasa dipakai dlm ilmu politik,” tulis Mahfud MD.
Sy katakan DULU-nya krn 2 alsn: 1) DULU DI/TII Kartosuwiryo di Jabar, DULU PRRI di Sumbar, DULU GAM di Aceh, DULU DI/TII Kahar Muzakkar di Sulsel. Lht di video ada kata “dulu”. Puluhan tahun terakhir sdh menyatu. Maka sy usul Pak Jkw melakukan rekonsiliasi, agar merangkul mereka.
Pak Refrizal, generasi yg lahir sejak tahun 1970-an bnyk yg tdk tahu bhw “dulu” ada itu. Sekarang sih tidak. Dimana salahnya sy mengatakan itu? Itu kan sejarah? Makanya sy usul agar Pak Jkw merangkul mereka dgn rekonsiliasi segera agar pembelahan tdk berlanjut sampai 2024.
Isu tersebut menjadi panas dan digoreng ke-mana2 krn bnyk yg hanya membaca pertanyaan Pak @msaid_didu tanpa melihat videonya. Padahal VT diposting jg di situ. Pertanyaan dlm cuitan Pak Said itu tak memuat dua kata kunci yakni kata “DULU” dan usul “REKONSILIASI”. Lht dong videonya,” tulisnya.
Atas jawaban tersebut, Karni Ilyas mencoba meluruskan pemahaman Mahfud MD.
Karni mengungkapkan, PRRI/Permesta bukan pemberontakan dengan ideologi agama seperti yang diungkapkan oleh Mahfud MD.
“Sekedar meluruskan Prof Mahfud. PRRI/Permesta bukan pemberontakan dg ideologi agama. Pemimpin perlawanan Kol Simbolon (Medan), Letkol A.Husein (Padang), Letkol Ismail Lengah (Riau), Kol Kawilarang dan Lekol V. Samual (Sul-Ut). Tidak ada hubungannya denga daerah Islam garis keras,” ujar Karni dalam tweetnya @karniilyas, Ahad (28/4).
Sekedar meluruskan Prof Mahfud. PRRI/Permesta bukan pemberontakan dg ideologi agama. Pemimpin perlawanan Kol Simbolon (Medan), Letkol A.Husein (Padang), Letkol Ismail Lengah (Riau), Kol Kawilarang dan Lekol V. Samual (Sul-Ut). Tidak ada hubungannya denga daerah Islam garis keras. https://t.co/E9NSPtrK04
— Karni ilyas (@karniilyas) April 28, 2019
Diketahui, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD mengutarakan disalah satu stasiun televisi bahwa kemenangan Prabowo-Sandi berapa di wilayah dahulunya teridentifikasi sebagai wilayah garis keras dalam hal agama.
Dalam pembicaraan itu, Mahfud juga menyebutkan beberapa wilayah yang dimaksud yakni Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh dan Sulawesi Selatan.
(ameera/arrahmah.com)