GAZA (Arrahmah.com) – Saat krisis listrik terus menimpa Jalur Gaza, warga Muslim dari wilayah kantong pantai yang terkepung, berbuka puasa di pinggir pantai, saat bulan suci Ramadhan memasuki minggu kedua.
“Tanpa rencana sebelumnya dan persiapan, istri saya menyarankan bahwa kami membawa makanan buatan sendiri dan pergi ke tepi pantai karena pemadaman selama waktu Iftar,” ujar Muhammad Salim dari kamp pengungsi Al-Shati di utara Jalur Gaza, lansir IMEMC pada Ahad (12/6/2016).
Seperti beberapa keluarga lain, Salim dan lima anggota keluarganya berangkat ke pantai di Sheikh Ijlein, selatan Kota Gaza, dalam upaya untuk mendapatkan angin segar dan melarikan diri dari panas yang ekstrim di dalam ruangan yang gelap gulita karena pemadaman listrik
Serupa, Islam Salim dari Kota Gaza mengatakan kepada kantor berita Ma’an bahwa tanpa listrik, Ramadhan menjadi sulit, di mana penduduk Gaza harus menjalankan puasa selama 16 jam.
Jika bukan karena sulitnya transportasi, Salim mengungkapkan, keluarganya akan berbuka puasa di pantai setiap hari. Dia menambahkan bahwa alasan keluarga-keluarga di Gaza senang berbuka puasa di tepi pantai adalah karena panas yang tak tertahankan di rumah mereka karena pemadaman listrik.
“Kadang-kadang kami mengalami kesulitan tidur, jadi kami tinggal di pantai sampai larut malam,” ujar Salim.
Populasi yang padat di Jalur Gaza, membutuhkan sekitar 380 Megawatt listrik dari untuk memasok kebutuhan penduduk yang berjumlah sekitar 1,9 juta jiwa. Namun saat ini wilayah tersebut hanya menerima 200 Megawatt dari pembangkit listrik satu-satunya di Gaza.
Pejabat Perusahaan Listrik Gaza, Tariq Labad, baru-baru ini mengumumkan bahwa distribusi listrik akan sedikit meningkat selama bulan Ramadhan. Warga akan memiliki listrik untuk interval 8 jam diikuti oleh 8 jam tanpa listrik. Beberapa daerah, kata dia, akan mendapatkan pasokan listrik dari pukul 7.00 pagi hingga 3.00 sore, yang lainnya dari 3.00 sore sampai 11.00 malam dan kelompok ketiga akan memiliki listrik dari 11.00 malam ke 07.00 pagi.
Para pejabat Palestina mengumumkan, pada akhir April, Jalur Gaza akan dibebaskan dari membayar pajak bahan bakar musimpanas ini, menandai resolusisementara untuk sengketa pajak yang telah memperdalam krisis listrik di daerah kantong yang terkepung. (haninmazaya/arrahmah.com)