MOSKOW (Arrahmah.id) – Kepala kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner Evgeny Prigozhin, mengeluhkan kurangnya amunisi karena kontroversi dengan para pejabat militer Rusia.
Dalam sebuah pernyataan di Telegram pada Senin (20/2/2023), Prigozhin mengatakan bahwa industri pertahanan Rusia memproduksi amunisi yang cukup, tetapi “tidak ada yang tahu cara mendapatkannya”.
“Ini adalah masalah serius. Saya tidak dapat memecahkan masalah ini, terlepas dari semua kenalan dan koneksi saya,” katanya, seperti dilansir Anadolu (21/2).
Menurut Prigozhin, para perwira menengah dan tinggi militer mendukung kelompoknya sebanyak yang mereka bisa, dan pada saat yang sama merekomendasikan kepadanya untuk “pergi dan meminta maaf, sambil mengacungkan jari ke atas.”
“Kepada siapa saya harus meminta maaf? 140 juta orang Rusia, katakan padaku, kepada siapa saya harus meminta maaf, sehingga orang-orang saya seharusnya mati dua kali lebih jarang daripada yang terjadi hari ini?” ia bertanya.
“Pada saat ini, seseorang mati, karena kami tidak memiliki amunisi untuk menghentikan artileri lawan,” katanya.
Prigozhin menekankan bahwa permintaan ditulis setiap hari sesuai dengan peraturan yang telah disepakati, diajukan ke otoritas terkait, tetapi setelah itu, “tidak ada yang tahu siapa yang harus memberikan jawaban dan ke mana permintaan itu pergi.”
“Mereka yang menghalangi kita untuk memenangkan perang ini, mereka secara langsung, benar-benar secara langsung, bekerja untuk musuh,” tegasnya.
Dia menambahkan bahwa dia tidak menyalahkan siapa pun, dan tidak mencela para pengambil keputusan karena hidup dengan aman, “makan dari bejana emas” dan mengirim wanita mereka untuk berlibur ke luar negeri, dia hanya mendesak untuk mengesampingkan keinginan dan mengatur persediaan amunisi yang normal.
“Saya hanya meminta, berikan saya amunisi. Ini bukan pernyataan ekstremis atau upaya untuk menyinggung perasaan seseorang, dan saya minta maaf jika ada yang salah. Berikan amunisi dalam jumlah yang tepat, yang disimpan di gudang,” katanya.
Sebelumnya, Prigozhin mengklaim bahwa “birokrasi yang mengerikan” berada di balik lambatnya kemajuan tentara Rusia di dekat kota Bakhmut, Ukraina, yang menurutnya “tidak akan direbut dalam waktu dekat.”
Bakhmut adalah pusat transportasi besar yang digunakan untuk memasok senjata, peralatan militer, dan amunisi bagi pasukan Ukraina di Donbas. (haninmazaya/arrahmah.id)