BERLIN (Arrahmah.com) – Polisi Berlin telah menangkap 300 demonstran selama aksi protes terhadap pembatasan virus corona di Jerman.
Sekitar 38.000 orang turun ke jalan di ibu kota, menggelar demonstrasi damai. Dan sedikitnya 200 orang ditangkap pada satu unjuk rasa, yang oleh pihak berwenang dituduh dilakukan oleh para agitator sayap kanan yang diklaim telah melempar batu dan botol.
Para pengunjuk rasa yang berkumpul di depan Gerbang Brandenburg menjelang pawai dengan tanda-tanda bertuliskan “Hentikan kebohongan corona” dan “Merkel harus pergi”. Di tempat lain di Eropa, sekitar 200 aktivis anti-masker mengadakan unjuk rasa di Paris untuk memprotes tindakan sanitasi dengan slogan seperti “Tidak untuk kediktatoran kesehatan” dan “Biarkan anak-anak kita bernapas”.
Demonstrasi serupa terjadi di kota-kota Eropa lainnya dengan beberapa demonstran menyebut virus itu hoax, lansir BBC (29/8/2020).
Ribuan orang berkumpul di Trafalgar Square London untuk memprotes isu-isu termasuk pembatasan virus corona dan 5G. Tanda-tanda bertuliskan “masker adalah berangus” dan “new normal = new facism”.
Apa yang terjadi di Jerman?
Polisi memerintahkan satu kelompok di dekat Gerbang Brandenburg untuk membubarkan diri karena melanggar aturan keselamatan, kemudian menangka 200 orang setelah batu dan botol dilempar.
“Sayangnya, kami tidak punya pilihan lain,” kata polisi Berlin di Twitter.
Para pengunjuk rasa berdesakan di beberapa tempat, dan duduk bersama di tanah pada satu titik.
Kelompok kedua yang terdiri dari sekitar 30.000 orang berkumpul di dekatnya untuk mendengarkan pidato.
Di antara mereka yang ditangkap adalah ahli teori konspirasi Attila Hildmann, yang berbicara kepada orang banyak melalui pengeras suara.
Meskipun Jerman sejauh ini belum melihat gelombang kasus yang mempengaruhi beberapa bagian Eropa, tingkat infeksinya telah meningkat. Jumlah kasus baru mencapai angka tertinggi yang terakhir terlihat pada bulan April. (haninmazaya/arrahmah.com)