JEDDAH (Arrahmah.id) — Majed Abu Zahra, presiden Jeddah Astronomy Society, menyebutkan bahwa secara perhitungan (hisab), Ramadhan tahun ini akan dimulai pada Sabtu (1/3/2025).
Dikutip dari Saudi Gazette (25/2), Abdullah bin Sulaiman Al Manea, anggota Dewan Cendekiawan Senior Arab Saudi, menyebutkan Ramadhan tahun ini akan berlangsung 29 hari dengan mengacu perhitungan astronomi
Sama seperti di negara lain, Arab Saudi mempertimbangkan hisab untuk menentukan awal bulan dalam kalender hijriah, tetapi juga mengutamakan pengamatan hilal (observasi langsung) pada hari yang dianggap sebagai hari terakhir bulan sebelumnya.
Dalam konteks Ramadhan tahun ini, pengamatan bulan sabit ini dilakukan pada 29 Syaban atau Jumat, 28 Februari 2025.
Terlihat atau tidaknya bulan sabit sebagai penanda awal bulan puasa, dipengaruhi oleh posisi bulan dan perbedaan letak geografis di belahan bumi. Karena Islam menggunakan kalender lunar, hilal tidak selalu terlihat pada waktu yang sama di seluruh dunia.
Di belahan bumi tertentu, bulan mungkin sudah berada dalam posisi yang cukup tinggi untuk diamati pada 28 Februari 2025. Sementara itu, di wilayah lain, bulan masih terlalu rendah atau tertutup cahaya matahari, sehingga pengamatannya menjadi lebih sulit.
Arab Saudi diprediksi akan memulai Ramadhan 1446 H pada Sabtu, 1 Maret 2025, berdasarkan perhitungan astronomi yang menunjukkan kemungkinan terlihatnya hilal pada Jumat (28/2).
Dalam menentukan terlihat atau tidaknya hilal pada hari terakhir Syaban, sistem di Arab Saudi cukup detail. Mahkamah Agung mengirim para hakim ke lokasi-lokasi pengamatan yang ditunjuk di berbagai titik di wilayah kerajaan tersebut.
Arab Saudi memadukan pengamatan yang dilakukan secara tradisional dengan teknologi modern melalui observatorium astronomi canggih.
Jika bulan sabit tidak dapat diamati pada 28 Februari, Arab Saudi kemungkinan akan menggenapkan bulan Syaban menjadi 30 hari. Dengan demikian, Ramadan baru dimulai pada Ahad (1/3).
Dilaporkan media lokal Arab Saudi, Mahkamah Agung Kerajaan Arab Saudi meminta warga negara dan penduduk di Kerajaan tersebut untuk memantau bulan sabit Ramadan 1446 H pada Jumat petang, 29 Sya’ban 1446 H menurut Kalender Umm Al Qura. Jika ada yang melihat hilal, orang tersebut diminta untuk melaporkan penampakannya ke pengadilan terdekat.
Penetapan awal Ramadhan 1446 H di Indonesia akan ditentukan melalui sidang isbat yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Jumat (28/2). Sidang ini berfungsi sebagai forum resmi untuk menetapkan kapan umat Islam di Indonesia memulai ibadah puasa tahun ini.
Dalam menentukan awal Ramadhan, Kemenag menggabungkan dua metode. Setelah mendapatkan data hisab (penghitungan), akan ada pemantauan bulan sabit pada hari terakhir bulan Syaban. Dengan demikian, ada kemungkinan puasa dimulai pada Sabtu, 1 Maret atau Minggu, 2 Maret.
Di sisi lain, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah lebih dulu mengumumkan bahwa 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu (1/3). Keputusan ini didasarkan pada metode hisab hakiki wujudul hilal.
Dengan kondisi tersebut, terdapat kemungkinan bahwa umat Islam di Indonesia akan memulai puasa secara bersamaan pada 1 Maret 2025, baik berdasarkan keputusan Muhammadiyah maupun hasil Sidang Isbat pemerintah.
Meskipun demikian, kepastian resmi tetap menunggu pengumuman dari pemerintah setelah pelaksanaan Sidang Isbat.
Terlepas dari perbedaan tersebut, Ramadhan tetap menjadi waktu istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia untuk memperkuat ibadah, meningkatkan kepedulian sosial, dan mempererat persaudaraan.
Baik dimulai pada 1 maupun 2 Maret 2025, bulan suci ini akan menjadi momen penuh refleksi spiritual, kebaikan, dan kebersamaan. (hanoum/arrahmah.id)