BENGKULU (Arrahmah.com) – Masyarakat yang bermukim di Pulau Enggano, Bengkulu, mengaku resah atas seringnya kapal-kapal penangkap ikan negara asing yang memasuki perairan pulau tersebut.
Tokoh masyarakat Pulau Enggano, Basri Kauno, mengatakan bahwa tidak sedikit dari kapal asing tersebut terdampar di balik pulau dan ditinggalkan awaknya.
“Yang paling sering kapal ikan milik Thailand, Filippina, dan Jepang, yang sering mengambil ikan tuna di sekitar perairan Enggano,” katanya.
Basri mengatakan kapal-kapal penangkap ikan berbobot 50 ton tersebut diduga adalah anak kapal dan hasil tangkapannya dipasok langsung ke kapal induk yang berada di lautan lepas.
Kapal yang terdampar, kata dia, sering ditemui dalam keadaan kosong dan hasil tangkapannya diambil oleh masyarakat setempat.
“Dan beberapa hari kemudian mereka akan menarik kapal itu dan kembali berlayar,” katanya.
Menurut Basri, keterbatasan sarana yang dimiliki Polairut membuat kapal-kapal asing leluasa menangkap ikan di perairan Enggano.
Danlanal Bengkulu Letkol Laut (P) Sukrisno membenarkan pantauan terhadap kapal asing yang menangkap ikan di perairan Enggano sangat minim karena keterbatasan sarana prasarana.
“Kita memang punya pos di Enggano, tetapi sarana sangat terbatas, termasuk untuk bahan bakar, jadi pantauan rutin tidak bisa maksimal, di sana hanya ada satu kapal speed boat, sedangkan untuk kapal yang lebih memadai kita punya Ratu Samban dan Enggano yang berlabuh di Pulau Baai,” jelasnya.
Ia mengatakan, pemantuan secara optimal juga terkendala jarak antara Bengkulu dan Enggano yang mencapai 112 mil dengan ombak yang tinggi. (antr/arrahmah.com)