TASHKENT (Arrahmah.id) – Sebuah kantor bersama untuk koordinasi pelaksanaan proyek Kereta Api Trans-Afghanistan telah dibuka di Tashkent, Uzbekistan, demikian ungkap Otoritas Kereta Api Afghanistan melalui akun Twitternya.
Otoritas Kereta Api Afghanistan (ARA) mengatakan bahwa kantor tersebut dibuka setelah pertemuan tripartit antara para pejabat Afghanistan, Uzbekistan dan Pakistan.
Bakht-ur-Rahman Sharafat, kepala Otoritas Kereta Api Afghanistan, memimpin delegasi ke Tashkent, Uzbekistan.
Kantor-kantor untuk proyek kereta api Trans-Afghanistan akan segera dibuka di Kabul dan Islamabad, menurut Abdul Sami, juru bicara ARA, seperti dilaporkan Tolo News (14/5/2023).
“Telah diputuskan untuk mendirikan sebuah badan di Kabul dan sebuah badan lain di Pakistan,” kata juru bicara tersebut.
Sementara itu, Abdul Latif Nazari, wakil dari Kementerian Ekonomi, mengatakan bahwa proyek Kereta Api Trans-Afghanistan memainkan peran penting dalam mobilitas ekonomi negara tersebut.
“Pentingnya proyek ini adalah bahwa pada akhirnya dapat mengarah pada mobilitas ekonomi, pengurangan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan di negara ini,” tambah Nazari.
Menurut beberapa ekonom, proyek ini akan memberikan banyak fasilitas di bidang transportasi barang komersial.
“Jalur kereta api ini membentang dari perbatasan utara ke selatan, timur, dan barat Afghanistan dan menghubungkan kami dengan jaringan kereta api di berbagai negara, dan dengan cara ini kami dapat menyediakan ekspor dan impor kami dengan lebih murah,” ujar Azerakhsh Hafizi, seorang ekonom.
“Dengan pengalihan proyek ini, sebuah revolusi komersial yang besar akan tercipta di wilayah ini,” kata Qutbuddin Yaqubi, seorang analis politik.
Jalur Kereta Api Afghanistan-Trans menghubungkan negara-negara Asia Tengah dengan negara-negara Asia Selatan dengan melewati Afghanistan.
Menurut data dari Otoritas Kereta Api Afghanistan (ARA), proyek Kereta Api Trans Afghanistan dari Mazar-e-Sharif ke Torkham memiliki panjang lebih dari 760 kilometer dan diperkirakan akan menelan biaya $6 miliar untuk menyelesaikannya. (haninmazaya/arrahmah.id)