KAIRO (Arrahmah.com) – Salah satu dari dua finalis dalam pemilihan presiden Mesir pada hari Minggu (10/6/2012) menuduh rivalnya mendalangi serangan terhadap kantor kampanyenya.
Putaran kedua pada tanggal 16 dan 17 adalah tahap terakhir dalam pemilihan presiden pertama Mesir, yang mempertarungkan Ahmed Shafik, perdana menteri terakhir Hosni Mubarak, melawan calon dari Ikhwanul Muslimin, Mohamed Mursi.
Shafik, yang juga mantan komandan angkatan udara mantan, pada hari Minggu (10/6) mengatakan Ikhwan telah menyewa preman untuk melakukan serangan di markas besarnya di Kairo bulan lalu, saat penyerang membakar gudang dan menghancurkan komputer.
Ikhwan, pada gilirannya, menuduh Shafik melakukan “kebohongan besar” dan mengatakan ia tidak melakukan apapun pada hari-hari terakhir pemerintahan mantan Presiden Mubarak untuk menghentikan usaha militer terhadap para demonstran.
Tidak sedikit dari para pemilih suara di Mesir yang tak berselera untuk memberikan suaranya pada pemilihan mendatang yang menjadi langkah penentuan sebelum tentara secara resmi menyerahkan kekuasaan kepada presiden baru pada tanggal 1 Juli mendatang di negeri Arab paling padat penduduknya itu.
Banyak rakyat yang sudah frustasi menyaksikan apa yang menimpa Mesir sejak pemberontakan berlangsung sejak tahun lalu yang ternyata hanya merupakan fase pergeseran menuju pertarungan antara seorang yang mendukung sistem Mubarak dengan Ikhwanul Muslimin yang notabene dilarang di era Mubarak.
Mubarak (84) dipenjara seumur hidup bulan ini karena gagal menghentikan pembunuhan demonstran yang melawannya.
Shafik pada Minggu (10/6) mengadakan konferensi pers di sebuah hotel bintang lima di pinggiran Kairo pasca serangan di markas besarnya.
“Mereka (Ikhwanul) bersikeras dengan menggunakan metode kotor,” katanya. Dia juga mengatakan ia telah mengeluh kepada panitia pemilu atas yang sejumlah masjid yang telah digunakan oleh Ikhwanul Muslimin untuk menyebarkan pesan mereka.
Ikhwan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Shafik telah “menggunakan taktik kampanye gelap dengan pembuatan kebohongan besar”. (althaf/arrahmah.com)