Panggung politik AS sedang ramai dengan isu seputar kabar bahwa kandidat presiden AS dari Partai Demokrat Senator Barack Obama, pernah mengenyam pendidikan dasar disebuah madrasah di Indonesia.
Isu ini pertama kali digulirkan oleh majalah “Insight”- sebuah majalah internet mingguan yang dimiliki kelompok media konservatif Washington Times- pekan lalu, berdasarkan informasi dari sumber-sumber anonim.
Dalam dua bukunya berjudul “Dreams From My Father” dan “The Audacity of Hope”, Obama sendiri mengakui bahwa selama tinggal di Indonesia mulai umur 6 sampai 10 tahun, dia pernah dua tahun belajar di sekolah Islam dan dua tahun belajar di sekolah Katolik.
Hal tersebut dibenarkan oleh Bandung Winadijanto, bekas teman sekolah Obama di sekolah I Basuki. Namun Bandung pada CNN mengatakan, sekolah Basuki bukan sekolah Islam tapi sekolah umum.
“Banyak yang beragama Kristen, Budha, juga Konghuchu, jadi sekolah campuran,” aku Bandung.
Sementara itu, deputi kepala sekolah Basuki, Hardi Priyono juga mengatakan bahwa sekolahnya adalah sekolah umum. “Kami tidak fokus pada agama. Dalam kehidupan sehari-hari, kami menghormati agama, tapi kami tidak memberikan perlakuan khusus,” jelasnya.
Menurut reporter CNN yang berkunjung ke sekolah Basuki, para siswa dan siswi sekolah itu mengenakan seragam rapi dan guru-gurunya mengenakan pakaian yang dikenakan masyarakat Barat pada umumnya.
Sejumlah kalangan menilai isu ini sengaja dihembuskan dan dibesar-besarkan oleh media dan kalangan politisi tertentu. Juru bicara Obama, Robert Gibs menuding jaringan media Fox News sengaja membesar-besarkan isu yang tidak penting. Ia bahkan menyindir slogan Fox News ‘adil dan berimbang’ dalam menyajikan pemberitaan.
Sementara itu, Howard Wolfson- juru bicara tim sukses Hillary Clinton yang juga mencalonkan diri menjadi kandidat presiden AS-menilai pemberitaan tentang Obama bias dan tidak memperhatikan standar-standar jurnalisme.
Sekilas tentang Barack Obama
Barack Obama lahir di Honolulu, Hawai pada 4 Agustus 1961. Ayahnya penganut Kristen asal Kenya yang menikah dengan perempuan kulit putih Amerikan asal Kansas.
Kedua orangtuanya bercerai, dan setelah ibunya menikah lagi dengan orang Indonesia, Obama tinggal di Indonesia selama beberapa tahun.
Dalam wawancara dengan AFP, Obama mengatakan bahwa kehidupannya di Indonesia telah membuka matanya tentang kondisi ektrim antara kemiskinan dan kekayaan di seluruh dunia.
“Kondisi itu membuat saya berpikir tentang gap yang besar dalam hal kesempatan di banyak negara di dunia. Hal itu juga membuat saya memahami, bisa jadi apa orang yang kehidupannya sangat miskin, bagaimana korupsi bisa menghilangkan kesempatan,” ungkap Obama.
Obama menikah dengan Michelle Robinson yang berprofesi sebagai pengacara. Ia dikaruniai dua anak perempuan dan keluarganya adalah anggota dari perkumpulan Chicago’s Trinity United Church of Christ.
Ia kuliah di Occidental College di Calfornia, Columbia University di New York dan Harvard Law School. Di Harvard ia menjadi orang Afro-Amerika pertama yang memegang jabatan bergengsi sebagai editor di Harvard Law Review.
Ia terjun ke politik di negara bagian Midwest, Illinois sebagai pengacara untuk hak-hak sipil. Selama tiga tahun ia duduk di perwakilan negara bagian itu sebelum akhirnya mendapat kesempatan untuk ikut berkompetisi menjadi anggota Senat AS pada tahun 2004.
Sosoknya mulai menyita perhatian publik AS saat ia memberikan pidato yang menggugah di Konvensi Nasional Demokrat di Boston. Dalam pidatonya ia mengatakan,”Tidak ada Amerika hitam dan Amerika putih, latin Amerika dan Asia Amerika, kita semua satu, kita semua bersumpah setia pada garis dan bintang, kita semua membela Amerika Serikat.” Ucapannya itu disambut tepuk tangan meriah
Obama juga dikenal vokal menentang invasi AS ke Irak tahun 2003. Nama Obama kini bersinar dan ia memegang kunci menuju Gedung Putih. Jika terpilih, Obama akan menjadi warga AS keturunan Afrika pertama yang menjadi presiden AS. (ln/iol/eramuslim)