SURABAYA (Arrahmah.com) – Suatu “kehormatan” bagi IAIN Sunan Ampel, Selasa (17/11) lalu, di mana Duta Besar Kanada untuk Indonesia YM. Mackenzie Clugston mengunjungi Kampus dan bertemu langsung dengan Rektor, Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si. Kedatangan YM. Mackenzie Clugston, kali ini seiring dengan kunjungan kerjanya ke Jawa Timur.
Sebagaimana telah diberitakan di media ini sebelumnya, pemerintahan Kanada telah menandatangani akad kerjasama dengan UIN Makassar dan IAIN Sunan Ampel yang diperuntukan program berbasis HAM dan jender
Kerjasama ini sebenarnya sudah ditandatangani antara Duta Besar Kanada untuk Indonesia Mackenzie Closton dan Muhammad Maftuh Basyuni di Jakarta, saat masa bakti terakhir menjadi Menag tangal 16 Oktober 2009 lalu. Nota kesepahaman (MoU) senilai 13,5 juta dolar (Rp 122,7 miliar) untuk membangun dan mendukung kedua perguruan tinggi Islam tersebut.
MoU yang dimaksudkan untuk mendukung kepemimpinan Islam tersebut disebut Proyek Supporting Islamic Leadership in Indonesia (SILE) dan didanai Canadian International Development Agency dan akan difokuskan pada Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Alaudin di Makassar, Sulawesi Selatan, dan Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel di Surabaya, Jawa Timur.
Program Supporting Islamic Leadership (SILe) yang didanai oleh Pemerintah Canada, akan memakan waktu selama 7 tahun.
“Dalam rangka peningkatan kualitas SDM, dosen-dosen IAIN berpeluang untuk mendapatkan pelatihan singkat ataupun beasiswa S2 dan S3 di Canada”, jelas Rektor IAIN, Dr. H. Nur Syam.
Dalam pertemuan selama 1 jam itu, Rektor didampingi Ketua Team Implementasi SILe, Masdar Hilmy, Ph.D, Dubes Kanada mengaku, pihaknya akan mendukung sepenuhnya apa yang dilakukan oleh IAIN Sunan Ampel, dalam kerangka peningkatan kualitas pembelajaran yang ada, baik fisik maupun non fisik.
“Program yang sama juga ditawarkan kepada UIN Makassar dengan dana hibah dari Canadian International Development Agency (CIDA) yang nilainya untuk masing-masing institut berkisar Rp 60 miliar lebih,” tambah Nur Syam.
Bagi IAIN Surabaya, katanya, program itu merupakan kerja sama ketiga dengan Kanada setelah program studi “community development” dengan Mc Gill University, Montreal, Australia dan ICIHEP (Indonesian Canadian Islamic Higher Education Project).
“Kalau ICIHEP itu untuk IAIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Yogyakarta, dan UIN Jakarta, sedangkan SILe untuk IAIN Sunan Ampel Surabaya dan UIN Makassar,” katanya.
Menurut dia, program SILe itu mencakup dua hal yakni pengembangan sumberdaya manusia (SDM) dan kajian kurikulum yang bermuara pada lima tema yakni demokratisasi, good governance, HAM, gender, dan “community development.”
“Untuk pengembangan SDM itu bisa nondegree dan bisa juga degree. Untuk nondegree antara lain workshop, pelatihan, seminar, dan sejenisnya yang dilakukan di Kanada atau di Indonesia, sedangkan degree merupakan beasiswa untuk S2 dan S3 ke Kanada,” katanya.
Kelak dengan program ini, menurut Nur Syam, para dosen-dosen IAIN akan mendapat pelatihan secara bergilir di luar negeri, terutama di Kanada.
“Jadi nanti kita berangkatkan dosen maupun mahasiswa secara bergilir,” imbuh Nur Syam. Rencananya, program tersebut akan dilaksanakan tahun depan hingga 2017. (hdytlh/arrahmah.com)