NEW DELHI (Arrahmah.com) – Cendekiawan Muslim India telah mengancam untuk memimpin protes besar-besaran jika pembongkaran kamp bantuan Muslim India pasca kerusuhan di Muzaffarnagar dan Shamli di negara bagian India utara Uttar Pradesh tidak dihentikan.
“Pemerintah negara bagian menggunakan segala macam taktik untuk menyembunyikan kegagalannya,” Maulana Aamir Rashadi Madani, presiden Rashtriya Ulama Council (RUC), mengatakan kepada The Indian Express pada hari Ahad (29/12/2013).
“Tapi membuldoser kamp-kamp bantuan merupakan batas terakhir dari ketidakadilan.”
Agustus lalu, bentrokan Hindu-Muslim meletus di Muzaffarnagar yang terletak di bagian barat provinsi Uttar Pradesh.
Kerusuhan tersebut mengakibatkan kematian setidaknya 60 orang dan memaksa sekitar 70.000 Muslim meninggalkan desa-desa mereka, menurut pemerintah negara bagian.
Pada 31 Oktober, kekerasan kembali menewaskan empat Muslim di wilayah yang sama yang dilanda bentrokan komunal yang mematikan tersebut.
Distrik Muzaffarnagar tetap tegang, banyak orang yang melarikan diri dari kekerasan bulan lalu dan masih tinggal di kamp-kamp bantuan.
Situasi menjadi semakin buruk ketika pemerintah Uttar Pradesh mulai melakukan pembongkaran sebagian tenda di kamp-kamp bantuan Sabtu lalu.
Pengungsi telah mengklaim bahwa mereka secara paksa diusir dari kamp mereka tanpa diberikan penampungan atau kompensasi alternatif.
Madani menambahkan bahwa pemerintah Uttar Pradesh hanya peduli kepada ‘Yadawa’, sebuah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada non-elit, masyarakat pastoral.
Dia mengancam akan melakukan protes besar-besaran di pertengahan Januari jika pemerintah tidak mengambil langkah-langkah yang solid untuk mengembangkan kabupaten tersebut.
Kamp kematian
Kamp bantuan yang disediakan bagi Muslim India yang melarikan diri dari kekerasan Hindu di Muzaffarangar telah berubah menjadi kamp-kamp kematian setelah 34 anak meninggal karena kedinginan, sebuah tuduhan yang dibantah oleh pemerintah daerah.
“Tidak ada yang bisa mati karena kedinginan. Jika orang meninggal karena kedinginan, tak seorang pun yang akan hidup di Siberia,” kata Sekretaris Utama (Home) Anil Kumar Gupta. Pernyataan tersebut memicu kemarahan umat Islam.
Setelah berbulan-bulan di kamp bantuan, ummat Islam masih takut akan kehidupan mereka, mengingat kenangan kematian dan perkosaan.
Ada sekitar 140 juta warga Muslim di India yang berpenduduk mayoritas Hindu dan mereka telah lama mengeluhkan adanya diskriminasi terhadap mereka dalam segala bidang kehidupan.
Serangan anti-Muslim Muzaffarnagar bukan yang pertama kalinya terjadi di India.
Kekerasan yang mengadu Muslim dengan Hindu telah menjadi ciri politik India sejak pemisahan negara itu dari Pakistan pada tahun 1947, ketika ratusan ribu orang tewas dan jutaan mengungsi.
Agama dan kekerasan kasta memainkan peran sentral dalam politik di Uttar Pradesh, salah satu negara bagian termiskin di India dengan populasi yang lebih besar dibandingkan dengan Rusia. (ameera/arrahmah.com)