JAKARTA (Arrahmah.com) – Kedatangan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton ke Indonesia sejak (3/9) telah menimbulkan reaksi dari berbagai macam pihak. Salah satu kecaman datang dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia.
“Kedatangan Hillary ketiga kalinya di Indonesia merupakan upaya untuk menancapkan dominasi AS di Indonesia. Sebab kita tahu penghentian produksi Freeport beberapa waktu lalu mengganggu kepentingan ekonomi AS, ” tegas Ketua Umum Pengurus Pusat KAMMI, Muhammad Ilyas di Jakarta, Selasa (4/9)
Menurut Ilyas, AS tidak menginginkan kasus penghentian Freeport tidak terjadi lagi. Sehingga diperlukan lobi langsung pemerintah AS kepada Indonesia. Agenda ini jelas merupakan intervensi AS terhadap kedaulatan Indonesia khususnya di sektor pertambangan.
“Melihat kondisi itu, KAMMI mendesak pemerintah bersikap tegas kepada Freeport . Sebab selama Indonesia mendapatkan perlakuan tidak adil dengan pemberian hasil keuntungan sebanyak 1,5%, padahal per tahun Freeport memperoleh 8000 triliun dari hasil mengeruk kekayaan alam bangsa Indonesia, ” tambahnya.
Ilyas meyakini, sumber daya manusia berkualitas dan mampu mengelola tambang di Papua.
“Anak Indonesia pasti mampu mengelola kekayaan alam yang ada di Papua. Intervensi asing khususnya AS di Papua harus dihentikan secepatnya, ” desaknya.
Dirinya juga meminta pemerintah melakukan renegoisasi ulang agar bagi hasil dengan Indonesia menjadi lebih adil. Selain itu, pihaknya juga menolak perluasan Kedutaan Besar AS di Indonesia sebab akan semakin memperkuat dominasi dan melanggengkan intervensi AS kepada Indonesia.