GAZA (Arrahmah.id) – Beberapa daerah di Jalur Gaza menjadi saksi perayaan besar-besaran menyusul konfirmasi penandatanganan perjanjian gencatan senjata antara Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan ‘Israel’, yang mengakhiri invasi ‘Israel’yang sedang berlangsung di Jalur Gaza selama lebih dari 15 bulan.
Celebrations are taking place across Gaza following the news of the ceasefire deal. People are chanting with joy, tears streaming down their faces, and praying to God in gratitude for everything.
Alhamdullah❤️🤲🏻 pic.twitter.com/O4rmA43Q7d
— Suppressed News. (@SuppressedNws) January 15, 2025
Suasana gembira mendominasi jalan-jalan Deir al-Balah di Jalur Gaza bagian tengah dan Khan Yunis di Jalur Gaza bagian selatan saat berita menyebar tentang tercapainya perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran.
Para peserta meneriakkan, “Kami adalah putra-putra Muhammad Al-Deif,” mengacu pada panglima tertinggi Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas.
Beberapa waktu lalu, Perusahaan Penyiaran ‘Israel’ mengatakan bahwa perjanjian gencatan senjata antara perlawanan Palestina di Jalur Gaza dan ‘Israel’ telah resmi dikonfirmasi di ‘Israel’, yang membuka pintu bagi kemungkinan menghentikan agresi ‘Israel’ yang sedang berlangsung selama 15 bulan, yang menyebabkan ribuan syuhada di Jalur Gaza.
Thousands across Gaza celebrate ceasefire announcement— in pictures.
🔗: https://t.co/P6ykLW5Q12 pic.twitter.com/55SvAY46oJ
— Al Jazeera English (@AJEnglish) January 15, 2025
Dalam konteks yang sama, Presiden terpilih AS Donald Trump mengumumkan bahwa kesepakatan telah dicapai dan para tahanan akan segera dibebaskan.
Sumber Al Jazeera melaporkan bahwa gencatan senjata di Gaza diperkirakan akan dimulai dalam dua atau tiga hari, seraya menambahkan bahwa ada protokol bantuan kemanusiaan yang terkait dengan pelaksanaan tahap pertama, yang mencakup masuknya 600 truk bantuan setiap hari.
Sejak 7 Oktober 2023, ‘Israel’ telah melakukan genosida di Gaza, menyebabkan sekitar 157.000 warga Palestina menjadi martir dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 11.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang menewaskan puluhan anak-anak dan orang tua, dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia. (zarahamala/arrahmah.id)