SAMARINDA (Arrahmah.com) – Hal cukup ironis menimpa Provinsi Kalimantan Timur karena meskipun dikenal sebagai daerah penghasil energi karena terdapat Migas dan batu bara dengan potensi cukup besar namun masih bergelut dengan persoalan krisis listrik.
“Ironis sekali, Kaltim mampu memproduksi batu bara sekitar 120 juta matrik ton per tahun namun untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang hanya diperlukan batu bara 400 ribu ton saja masih sulit,” ujar Anggota DPRD Kaltim Siti Qomariyah di Samarinda, Rabu (19/8).
“Anehnya, Kaltim sebagai penghasil utama batu bara nasional, malah juga mengalami kekurangan pasokan batu bara untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik tenaga uap, jadi lebih banyak diperdagangkan antarpulau dan ekspor,” papar dia.
Dari dulu hingga kini, lanjutnya, persoalan listrik seakan tidak ada habisnya, padahal fenomena seperti ini sudah terjadi bertahun-tahun lamanya.
“Lucunya lagi, Kaltim merupakan daerah yang mampu memproduksi batu bara dengan jumlah besar dan salah satu penghasil Migas utama nasional namun untuk memenuhi kebutuhan energi listrik saja tidak mampu,” ujar dia.
Menurutnya, bukan hanya warga pedesaan dan di kawasan perbatasan saja yang tidak mendapat pelayanan listrik namun daerah perkotaan Seperti Samarinda dan Balikpapan juga masih banyak yang belum mendapatkan listrik. Bahkan, listrik di perkotaan masih byar-pet (sering padam).
Sejauh ini, lanjutnya, daftar tunggu permintaan di PLN yang ingin mendapat sambungan listrik lebih dari 113 ribu pelanggan.
Di samping itu, pertumbuhan pemukiman juga cukup tinggi, yakni mencapai 17 persen per tahun yang berimbas pada penambahan listrik.
“Ini merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Memang penyelesaian itu tidak bisa dalam waktu singkat tetapi paling tidak harus ada perencanaan matang hingga beberapa tahun ke depan agar bisa tuntas, mulai dari melayani daftar tunggu hingga prediksi pertambahan pemukiman penduduk,” katanya.
Dikatakan, PLTGU Sambera berkapasitas 2X20 MW telah diresmikan Presiden SBY Juli lalu. Ia sempat menduga bahwa keberadaan PLTGU tersebut akan menambah daya dukung kebutuhan listrik Kaltim yang sejak beberapa tahun terakhir mengalami krisis listrik.
Namun, harapannya ternyata meleset karena hingga saat ini belum mampu memuaskan warga.
Meski demikian, ia tetap berharap PLTU berbahan bakar batu bara dengan kapasitas 2X25 MW di Tenggarong Seberang dan PLTGU Senipah, Penajam Paser Utara berkapasitas 2X60 MW, kelak bisa mengatasi persoalan listrik.
“Saya meminta kepada pemerintah agar lebih bijak dalam mengontrol distribusi bata bara ke luar daerah atau ke luar negeri. Hal ini perlu dilakukan supaya sumber energi yang dikeruk dari bumi sendiri bisa memenuhi kebutuhan listrik bagi warga setempat,” demikian Siti Qomariyah.(antara/arrahmah.com)