CILACAP (Arrahmah.com) – Anarkisme dan kesewenag-wenangan aparat keamanan gabungan di LP Batu Nusa Kambangan pada Senin hingga Selasa (30-31/12/2013) lalu membuat beberapa penghuni lapas tak habis pikir. Bahkan para tamping (tahanan pendamping) pun tak kuasa menahan keheranan kepada Kalapas, Liberty Sitinjak.
Saat ditanya mengapa tindakan aparat begitu brutal dan tak ada dialog, Sitinjak dengan enteng sekaligus angkuh menjawab, “Kamu jual, maka saya beli!” seperti ditulis Kiblat.net Jumat (3/1/2014).
Jawaban ketus Sitinjak yang pendek ini membawa petunjuk panjang sebab-musabab terjadinya sikap tidak kooperatif napi Pepi dan kawan-kawan yang berujung pada tindak represif aparat.
“Sebelumnya kondisi LP Batu sangat kondusif,” tutur sebuah sumber, sebut saja Faisal.
Namun, sejak kehadiran Sitinjak sebagai Kalapas baru, semua berubah. “Kebijakan-kebijakan Sitinjak membuat resah bawahannya dan seluruh narapidana. Sejak awal kedatangannya, sering terjadi demo bahkan nyaris rusuh.”
Dalam memaksakan kebijakan, imbuh Rudi yang juga kawan Faisal, Sitinjak sering membuat fitnah dan provokasi, antara lain dengan menyebut beberapa napi terorisme sebagai provokator, pembuat onar bahkan mengkader para perakit bom! Tindakan itu tak hanya membuat marah para napi teroris saja. “Hampir semua tahanan protes. Bahkan Wartel yang baru saja dibangun pun dibakar napi, karena mereka geram dengan kebijakan Kalapas baru ini,” lanjut Rudi.
Saat ditanyakan perihal dipindahkannya Pepi Fernando bin Maman alias Muhamad Romi alias Ahyar, terpidana 18 tahun kasus ‘Bom Buku’ dari Lapas Batu Nusakambangan, dia enggan berkomentar lebih banyak.
“Ada beberapa penyebab yang memutuskan Pepi dipindahkan. Sampai saat ini hal itu masih dalam penyelidikan,” ucapnya.
Memindahkan napi seperti Pepi memang hak Sitinjak. Namun dirinya lupa, sikapnya yang—menurut beberapa penghuni—arogan memicu tindakan perlawanan yang terukur.
Seperti diberitakan sebelumnya barang-barang milik para ikhwan penghuni Blok 13 Lapas Batu dibakar semua, dari mulai lemari, kasur, pakaian, HP, dompet, buku, hingga uang. Apa yang tersisa? Hanya pakaian yang melekat di badan.
Upaya pembakaran barang-barang yang ditemukan di dalam sel itu menimbulkan asap tebal yang membumbung tinggi, dan terlihat jelas dari Dermaga Wijayapura, Cilacap yang berjarak sekitar 5 kilometer dari Lapas Batu. Kondisi tersebut membuat warga Cilacap menyempatkan sejenak untuk melihat kumpulan asap tebal itu.
“Tadinya saya kira bangunan lapas yang dibakar, eh ngga tahunya hanya barang-barang, diantaranya kasur dan kayu-kayu,”ujar Tukimin (45) warga Kebonsayur, Tambakreja, Cilacap Selatan.
Adapun pasukan gabungan yang dikerahkan saat itu adalah anggota Polres Cilacap, Brimob, satu pleton Kodim 0703 Cilacap dan satgas Ketertiban Nusakambangan. Mereka melalukan sweeping ke kamar-kamar sel di Lapas Batu. (azm/arrahmah.com)